Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Apa yang Dilakukan Orangtua Ketika Anak Berkonflik?

Bismillah,


Apa yang Dilakukan Orangtua Ketika Anak Berkonflik?
Hola sahabat lendyagasshi.


Pernah gak ada di posisi serba salah?

Di salah satu sisi ngerasa pingin belain anak sendiri, tapi di sisi lain, sang anak memang bersalah dan kudu banget bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya.

Kalau anak masih kecil sih.. wajar sebagai orangtua yang meminta maaf.
**bukan mewajarkan perbuatannya karena masih anak-anak yaa..


Tapi kalau uda usia pre-teen, minimal.. anak tuh uda bisa bedain mana yang salah dan benar di hati kecil mereka.
Jadi ada kontrol dalam diri mereka sendiri bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan, pasti ada konsekuensinya.

Nah, di sini aku mau curhat nih.. 

Karena mendadak, anakku berkonflik dengan salah satu orangtua siswa, dimana siswa tersebut adalah sahabatnya sendiri.

Anak usia pre-teen dan masalahnya

Pelajaran apa yang bisa diambil ketika ada kejadian seperti ini?



Konflik Anak dengan Orang Lain

Namanya hidup, pasti ada masalah yaa..
Mau itu masalah terhadap diri sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya.

Namun, apa yang bisa aku lakukan ketika anakku berkonflik dengan salah satu orangtua sahabatnya sendiri?


Jadi ceritanya nih.. anakku punya sahabat.
Baiiik banget!

Karena dia tuh tipikal anak yang kalau berteman, kudu bener-bener cocok sama dirinya.
Cocok means bisa ngertiin dia, bisa berkomunikasi dengan baik, becandaannya nyambung dan ke"gila"an mereka bisa saling melengkapi.

Bayangannya tuh uda di state "We Listen We Don't Judge" gitu looo...

Anak bermasalah dengan orangtua teman, apa yang harus dilakukan


Pada suatu hari yang cerah, si sahabat ini chit-chat sama Hana ((nama anakku)). Mereka memang biasa ngobrol via whatsApp setiap hari. Entah saling mengingatkan ujian, jadwal harian, sampek ke titik mereka saling ghibahin orangtua mereka.


>> Yah, pernah doonk.. jadi anak yang ghibahin orangtua.
Aku juga dulu pernah!

>> Jadi aku anggap ini masih wajar.


Ternyataa...

Pas si sahabat ini curhat tentang kedua orangtuanya yang dianggap menganut strict parenting, ia ngerasa iri sama Hana yang orangtuanya lebih slaayyy, katanyaa.. Jadi dia.. KZL!

Si sahabat cerita-lah keburukan kedua orangtuanya.

Dari mulai sang Ayah yang blaa blaa blaa dan sang Ibu yang blaa blaa blaa....

Lalu, Hana menanggapi ceritanya dengan penuh antusias, pula!

Di saat sahabatnya nih curhat, dia malah ngebumbuin sama kata-kata kayak "Iya nih... kenapa sih mereka gitu..."


Jadi kesannya.. Hana ngebelain sahabatnya dan ngejelekin oranglain.
Yang mana.. orang lain itu ada hubungan keluarga sama si sahabatnya tersebut, ya orangtuanya gituloo..


Payahnya lagiii..

Si sahabatnya ini sering gak menepati jadwal yang diatur oleh kedua orangtuanya, sehingga sering kena grounded, alias gak boleh pegang HP dan hanya boleh di dalam kamar thok

B E L A J A R


Pas kenak grounded atau hukuman, HP si anak ini disita sama Ibunya.

Pas buka whatsApp, kagetlah sang Ibu karena anaknya menceritakan semua ((iya, S-E-M-U-A)) masalah keluarganya ke Hana.

Dan beliau juga membaca cara Hana menanggapi cerita si sahabatnya ini.
Semua chit-chat tersebut di screen capture lalu dikirimkan ke aku.


Tentu,
Aku kaget banget.


Aku cukup tau dan paham karakter anakku.
Ya, secara yaa.. dia tuh karakternya mirip-mirip AKU BANGET. 

Jadi Pendidikan Karakternya gak jauh-jauh dari ketika aku ngobrol sama diriku gituu..


Cuman karena namanya orang lagi emosi, tentu sedetik itu, beliau gak bisa memikirkan jernih dan langsung melaporkannya padaku. Sedangkan nomer Hana sendiri, langsung di block.


Aksi - Reaksi

Saat mengetahui hal tersebut, aku pelan-pelaan ajak Hana diskusi mengenai perbuatannya yang salah tersebut. Dan Hana tentu NANGIS.

Dia ngerasa feeling guilty karena sudah mengecewakan temannya, orangtua temannya dan malu karena perbuatannya diketahui banyak orang.

Bagaimana membantu anak yang berkonflik
Bonding keluarga

Sedangkan aku sendiri, langsung bertanya sama Hana mengenai detil kejadiannya dan menurut dia, apa yang harus dilakukan?

Tak lupa, aku pun ijin memberikan saran karena merasa Hana uda nangis depresi sama masalahnya yang makin melebar kemana-mana.

Sedangkan temannya sendiri saat diceritakan gimana kejadiannya, tentu ia juga merasa bersalah dan meminta Hana untuk diam aja.


Yah, buatku.. ketika ngerasa bersalah, dia kudu gentle mengakui kesalahannya dan MEMINTA MAAF dengan tulus serta BERJANJI gak akan mengulanginya lagi.

Ini masalah kudu jadi bahan refleksi agar ke depannya kalau berteman se-akrab apapun, kudu ada filternya. Apalagi terkait GHIBAHIN orangtua temen, dimana orangtua tetaplah orangtua. Kudu dijaga kehormatannya dan disayangi.


Solusi

Jadi, di saat itu juga.. aku meminta Hana untuk telp Ibunya si temannya ini.
Ngomong secara langsung permintaan maaf serta penyesalannya.

Sayangnya..

Baik nomer Hana ataupun nomerku sama-sama di block, sehingga kami memutuskan untuk datang ke rumahnya dan bertemu secara langsung.


Namun karena beliau-nya sangat marah sekali, sehingga meski kami sudah berusaha sedemikian kuatnya tetap gak membuahkan hasil, aku kembali memberi masukan ke Hana untuk senantiasa MENDOAKAN beliau.

Karena hanya Allah-lah yang maha membolak-balikkan hati manusia.
Semoga beliau dibukakan pintu maaf-nya kepada Hana.



Kabar Baik Beberapa Hari yang Lalu . . .

..dan mashaAllaa~

Beberapa hari yang lalu, Hana dapat message dari sang orangtua sahabatnya tersebut yang isinya kurang lebih telah memaafkan perbuatan Hana.

Beliau-pun menasehati Hana dengan bijak dan menceritakan mengapa beliau selama ini tidak berkenan untuk bertemu dengan Hana terlebih dahulu. Bahkan, anaknya pun sempat DILARANG berteman sama Hana dengan cara menjelek-jelekkan Hana.

Cara orangtua membantu menyelesaikan konflik anak

Sedih yaa..
Tapi aku mengambil banyak pelajaran dari kejadian ini.



Memahami Konflik

Jika anak mengalami konflik dengan anak orang lain, termasuk orangtua temannya, sebagai orangtua, kita perlu banget mengambil langkah berikut ini.


Memberi pemahaman kepada anak
Edukasi atau memberi pemahaman pada anak di sini adalah mengajarkan anak mengenai pentingnya menghormati orang lain, mengendalikan emosi, dan menyelesaikan konflik secara damai.


Pantau perilakunya saat berteman
Perhatikan perilaku anak dan teman-temannya untuk mengidentifikasi konflik.
Jangan lupa untuk mendengarkan masalah dari kedua sisi, baik dari versi sang anak atapun versi temannya.


  Saat Konflik Terjadi. 

Tetap tenang.
Jangan bereaksi secara emosional.

Lindungi anak.
Pastikan keselamatan anak.

Cegah eskalasi.
Interfensi secara bijak untuk mencegah kekerasan.

Dengarkan kedua belah pihak.
Pahami versi masing-masing.

Sikap orangtua ketika anak memiliki masalah


Ingat yaa..

Kita selalu menganggap anak kita berharga lebih dari apapun, begitupun anak orang lain. Mereka juga adalah anak-anak yang berharga bagi orangtua mereka masing-masing. Jadi, jangan pernah merendahkan apalagi menggunakan kata-kata atau menyakiti secara fisik.



  Setelah Konflik. 

1. Bicarakan dengan anak: Diskusikan apa yang terjadi, mengapa itu salah, dan bagaimana menyelesaikan konflik secara damai.

2. Minta maaf: Jika anak telah merasa bersalah, ajak mereka meminta maaf.

3. Komunikasi dengan orangtua: Hubungi orangtua anak lain untuk membahas insiden dan mencari solusi bersama.

4. Evaluasi dan belajar: Identifikasi penyebab konflik dan cara mencegahnya kembali di masa depan.


Setelah konflik terselesaikan dengan baik bahwa semuanya sama-sama mengakui dan saling memaafkan, ada baiknya tetap menjaga komunikasi terbuka atau menjaga silaturahm yang baik. Dorong anak untuk mampu berbicara tentang perasaannya.

Kemudian, ajarkan anak teknik konflik, yakni dengan menyelesaikan konflik secara damai dengan tidak membela diri sendiri. Berani mengakui kesalahan dan yakinkan bahwa itu bukan perasaan yang buruk atau terpuruk, justru itu perbuatan yang BERANI.


Karena anak sekarang paling gak suka di interogasi, maka cara terbaik adalah dengan tetap memberikan mereka ruang privacy dan terus ciptakan bonding dengan anak. Aku percaya banget, ketika anak merasa nyaman, maka tanpa perlu dipaksa, mereka akan bercerita sendiri apa yang tengah mereka rasakan dan menceritakan hal-hal lain seputar kehidupan mereka. 

Selain itu, sebagai orangtua sudah sepantasnya memberikan contoh yang baik dengan senantiasa sopan, saling memberi kepada orang lain, saling menghormati dan perilaku positif lainnya.

Karena memberi contoh ini adalah cara paling ampuh agar anak pun memiliki karakter yang sama dengan kedua orangtuanya.



Kesimpulan

Ketika anak memiliki masalah dengan orang lain, sebagai orangtua tentu ingin melindungi anak. Namun, harus disadari bahwa ketika salah, melindungi ini akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan aja. Anak akan merasa kesalahan sebesar apapun ketika ada orangtuanya, semua akan beres secara instan.

Padahal, gak semua masalah itu buruk loo..
Setiap masalah pasti ada hikmahnya. 

Dan ketika kita belajar dari kesalahan, semoga hal tersebut gak terulang lagi di masa yang akan datang. 

Penting banget orangtua memahami kapan anak membutuhkan bantuan profesional ketika sedang berkonflik yang berkelanjutan dan memengaruhi kondisi emosional anak. Anak-anak seperti ini bisa stres yang menyebabkan banyaknya masalah berkelanjutan lainnya.

Bantuan lebih lanjut, bisa dipertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog anak, konselor keluarga, guru atau petugas sekolah atau layanan konseling online ataupun offline.


Aku minta maaf kalau tulisanku kali ini sekiranya menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain. Namun, murni aku lakukan karena sebagai pengingat bahwa ada peran penting orangtua di sini untuk tetap memberikan pengarahan bagi anak-anak. 

Seperti kisah-kisah di blog teh Okti Li yang aku kagumi. 

Beliau senantiasa menuliskan mengenai pentingnya pendidikan karakter pada anak sehingga aku pun mencari informasi lebih banyak mengenai hal tersebut. 

Karena sejatinya menjadi orangtua adalah proses belajar sepanjang masa.

Jadi, jangan pernah berhenti untuk membaca, sharing dan saling menguatkan dengan mempererat bonding keluarga.


Terima kasih sudah berkenan membaca curhatanku.



Salam hangat,



15 comments for "Apa yang Dilakukan Orangtua Ketika Anak Berkonflik?"

  1. Salut rasanya dengan cara Kak Lendy membantu menyelesaikan konflik Hana di atas.
    Hampir setiap orangtua sepertinya akan melewati fase ini ya. Fase yang kadang-kadang juga membuat kita panas dingin, terbawa emosi, dan akhirnya ikut terlibat atau harus mengintervensi saat anak berkonflik dengan orang lain. Aku pun sepakat bahwa sebagai orangtua, kita harus bijak-bijak mengambil sikap. Memang kadang ada kalanya kita hanya ingin memproteksi anak, tapi melihat dari dua sisi juga wajib agar kita bisa lebih obyektif saat membantu menyelesaikannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak. Apa jadinya kalau Kak Lendy kebawa emosi, engga mencari akar masalah. Bisa-bisa musuhan bertahun-tahun. Duh...Alhamdulillah, aku suka endingnya. Semua legowo dan semua belajar untuk hati-hati ngobrol via chat. Bisa keterusan...

      Delete
    2. Setiap orang tua memiliki cara bagaimana memproteksi putra dan putrinya. Selain naluri, juga memang kewajiban yang harus ditunaikan
      Namun kembali ke caranya
      Banyak orang tua yg belum paham bagaimana cara memperlakukan anak, baik itu yg berkonflik maupun yang tidak

      Delete
  2. Woow Mba
    Pelajaran berharga banget ini
    Karena pasti dalam bersosialisasi ada saja hal hal yang menyenangkan maupun meresahkan

    ReplyDelete
  3. Salut pada Teh Lendy saat membantu Hana menyelesaikan masalah pertemanan yang dihadapinya.
    Terima kasih juga sudah sharing hal ini untuk diambil pelajaran bagi kami para orang tua
    Memang ya menjadi orang tua itu proses belajar sepanjang masa
    Semangat kita!!!

    ReplyDelete
  4. Wah salut banget sama mbak Lendy, bijak cara penyelesaian masalahnya. Kalau aku mungkin masih ikut emosi kali ya. Karena ya aku juga punya anak yng satu dua kali sempat bikin masalah dg orang lain. Perlu aku ademin kepalaku dulu baru bisa milih jalan keluar sih

    ReplyDelete
  5. Kak Lendyyy...kebayang kagetnya yah. Trus memosisikan sebagai penengah tuh keren banget. Engga kebawa emosi, walaupun awalnya mungkin kezel juga ya, anak dimarahin orang lain.
    Alhamdulillah sekarang udah baikan lagi. Tapi jadi pelajaran sih...Engga usah menanggapi kalau ada yg gibahin orang lain (mana ortu sendiri pula)...Pelajaran buat aku juga nih, baca artikel ini...

    ReplyDelete
  6. Penting banget mendengarkan anak sebelum mengambil keputusan siapa yg salah atau pihak mana yg benar

    Biarkan anak memberikan alasan, dan bicara jujur selain akan membuat anak lebih nyaman dan tenang, juga kita bisa lebih bersikap adil

    ReplyDelete
  7. Anak kita berharga anak orang lain pun sama. Ini poin penting jadi orang tua. Setuju..jangan terus kita lindungi anak kita...jangan selalu dibela apapun duduk masalahnya, tetap berpikir logis dan tenang dalam menyelesaikan konflik yang ada

    ReplyDelete
  8. Parenting yang diterapkan mbak Lendy emang sudah benar dan tepat menurut saya. Memang terkadang kita sudah baik, ada aja godaan dari eksternal. Semangat Mbak Lendy.

    ReplyDelete
  9. Nah betul ini, sering kali ada orang tua yang anaknya salah tapi masih dibela. Akhirnya si anak jadi selalu merasa benar. Padahal sebagai orang tua kita perlu membimbing anak, kalau anak salah ya salah. Makanya penting untuk tahu situasinya dari dua sisi.

    ReplyDelete
  10. Kalau dari kacamata saya, sangat wajar sekali Hana menanggapi curhat temannya seperti itu. Saya pun akan begitu. Setidaknya temannya juga lega karena sudah bercerita. Daripada dipendam, malah bisa terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
    Dan dengan kejadian ini, orang tua temannya juga dapat hikmah. Selanjunnya bisa saling bicara dari hati ke hati dengan anak. Insya Allah selanjutnya semua akan baik.

    ReplyDelete
  11. alhamdulillah ya mbak akhirnya orang tua temannya Hana bisa memaafkan Hana dan hubungan insyaAllah bisa baik lagi. wah jujur aku sendiri sebagai pribadi anaknya sering menghindari konflik dan memang jarang berkonflik. belum ada nih bayangan gimana kalau misalnya anakku berkonflik tapi memang biasanya naluri orang tua itu melindungi anaknya ya namun tetap harus ingat ada batasan sampai di mana orang tua harus melindungi anaknya jangan sampai anak yang salah orang tua tidak membenarkannya

    ReplyDelete
  12. Namanya juga anak anak
    Kadang mereka harus menghadapi konflik ya
    Aku klo anak anak berkonflik, berusaha untuk tidak ikut campur
    Biar mereka bisa menyelesaikan sendiri

    ReplyDelete
  13. iya sih pasti setiap orang tua ingin melindungi anaknya kalau lagi berkonflik. Tetapi kitanya harus tetap tenang dan berfikir waras soalnya banyak kejadian banyak orang tua yang berkonflik gara-gara anaknya berantem dengan temannya.

    ReplyDelete