Cara Mengurangi Penggunaan Tisu dalam Kehidupan Sehari-hari
Bismillah,
Rasanya kita uda gak asing lagi menggunakan tisu sebagai pembersih segala kotoran. Selain praktis, tisu juga memiliki daya serap yang luar biasa sehingga sangat cepat saat digunakan. Apakah sahabat lendyagasshi termasuk pengguna tisu?
Sejujurnya, di keluarga kami yang paling suka sekali dengan tisu adalah Bapak rahimahullah. Beliau kalau di meja makan, harus selalu ada tisu yang digunakan untuk membersihkan mulut. Selain di meja makan, sangat jarang sekali Bapak menggunakan tisu untuk aktivitas harian.
Dan kebiasaan ini menurun pada keluarga kami. Penggunaan tisu terbesar ada pada suami karena beliau alergi debu dan kerap bersin dengan frekuensi yang cukup sering. Sedangkan aku menggunakan tisu paling banyak untuk membersihkan area dapur. Tidak setiap hari, tetapi jika dirasa area kompor dan tempat menaruh piring terasa berminyak, maka lebih memilih menggunakan tisu yang super praktis.
Tapi, sejak bergabung di Eco Blogger Squad, aku jadi kepikiran banyak hal. Perlahan untuk memulai hidup yang lebih baik dengan kebiasaan menjaga lingkungan, maka fokusku bulan ini adalah meminimalisir penggunaan tisu.
Apa yang bisa aku lakukan untuk mengganti penggunaan tisu ini?
Apakah ada alternatif penggunaan tisu?
Sejarah Tisu
Pada zaman dulu, sebelum dikenalkan alat pengering tisu, Islam menyarankan untuk menggunakan tiga batu saat membersihkan hadats. Dan ternyata, penggunaan cangkang kerang, terasa lebih membantu sehingga digunakan selama berabad-abad. Hingga awal abad ke-20, kulit jagung yang digunakan untuk mengeringkan dan membersihkan.
Pada akhir abad ke-15, kertas mulai tercipta dan dikenal secara lebih luas. Kertas mulai menggantikan bahan tradisional lainnya. Sehingga mulai berkembanglah seiring kemajuan zaman yang menyebabkan kertas lebih mudah digunakan untuk alat penyerap.
Kertas toilet ini salah satu penemuan yang cukup modern, sehingga pada tahun 1880 British Perforated Paper Company membuat kertas kasar menjadi kertas yang lebih modern. Di Amerika, Scott Paper Company membuat kertas toilet dengan merek dagang Waldorf dalam bentuk gulungan pada tahun 1890. Gulungan pertama tisu toilet ternyata tidak berlubang dan dispenser toilet telah bergerigi untuk memotong kertas yang diperlukan.
Sungguh sangat tidak membantu ya...
Namun sejak itu, penggunaan tisu kian merebak sampai ke China dan selama 120 tahun sejak diperkenalkan, kertas tisu ini berubah sedikit demi sedikit. Kini, tisu bisa memiliki aroma, emboss dan berwarna-warni.
Kegunaan Tisu
Seiring dengan perkembangan teknologi, tisu menjadi lebih bermanfaat dan bisa sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, tisu wajah, tisu basah, tisu makan, dan tisu toilet. Dan yang terbaru, kalau sahabat lendyagasshi cuci tangan di wastafel restoran atau di publik area, tersedia yang namanya tisu pengesat. Tisu ini memiliki daya serap jauh lebih kuat daya serapnya dan bentuk yang lebih lebar.
Demi kepentingan estetika, tisu juga bisa ditaruh di wadah-wadah lucu seperti gambar di atas. Namun, tahukah sahabat lendyagasshi kalau tisu itu berbahaya?
Seberapa berbahayakah penggunaan tisu dalam jangka panjang untuk lingkungan?
Dampak Penggunaan Tisu
Bagi Kesehatan
Untuk penggunaan tisu basah yang dampaknya akan amat terasa pada kulit ketika penggunaannya berlebihan dan perlu diketahui bahwa struktur dari tisu basah sendiri berbeda dengan tisu kering. Sehingga tisu ketika tisu basah dibuang ke lingkungan, menjadi PR tersendiri untuk mengelola sampah anorganik ini. Karena sampah tisu adalah sampah yang tidak mudah membusuk.
Selain itu, dampak penggunaan tisu basah secara berlebihan akan membuat kulit menjadi kering, iritasi, dan bila digunakan pada wajah, maka akan menimbulkan komedo dan jerawat karena skin barier yang perlahan terkikis dan menipis.
Bagi Lingkungan
Seperti kertas, tisu dibuat dari bubur kertas (pulp) berbahan baku serat kayu. Sampah tisu secara global adalah penyumbang limbah sampah ketiga terbesar, sehingga diperkirakan menggunakan bahan baku sekitar 270.000 pohon yang ditebang dan berakhir di tempat sampah.
Dan 10% dari jumlah itu berasal dari tisu toilet. Bisa dibayangkan, berapa banyak pohon yang harus ditebang setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap tisu ya, sahabat?
Sampah tisu yang tidak mudah membusuk harus melalui proses khusus untuk dapat didaur ulang menjadi produk lainnya. Hampir sama seperti kertas, tisu juga memberikan sumbangan aktif dalam volume limbah sampah. Tumpukan sisa-sisa sampah tisu yang tidak dapat terurai secara alami, dapat berakibat seperti sampah anorganik lain pada umumnya, yakni kotor, bau dan sebagai sumber penyakit, hingga penyebab banjir.
Sebagai sampah, tisu memang tidak terlihat seperti sampah plastik yang jelas-jelas berdampak buruk bagi lingkungan karena bahan dan bentuknya. Namun peningkatan penggunaan tisu yang semakin meningkat, tentu menjadi concern bagi kita juga karena meningginya jumlah sampah tisu itu sendiri. Jika jumlah dan penanganan penggunaan tisu ini tidak menjadi perhatian, tentu akan menjadi penyebab kerusakan lingkungan baik dari sumber maupun dampaknya.
Apa yang Bisa Kita Lakukan Untuk Mengurangi Penggunaan Tisu?
Bisa kok.
Aku yakin, kita semua bisa perlahan-lahan mengubah gaya hidup yang terbiasa serba instan ini. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan tisu untuk keperluan sehari-hari. Bersama kita mulai membiasakan mengganti penggunaan tisu untuk membersihkan atau mengeringkan sesuatu.
Tips Alternatif Bahan Pengganti Tisu
Menggunakan Tisu Tree Free
Sebenarnya, telah banyak dilakukan inovasi untuk mengurangi produksi tisu dengan bahan utama kayu pohon, salah satunya adalah tisu tree free. Tisu ini berbahan pengganti yakni berupa pohon bambu dan tebu.
Apa bedanya?
Pohon bambu dan tebu adalah tanaman yang mampu tumbuh dan beregenerasi dengan cepat. Atau, bisa juga memilih tisu natural yang bebas bahan bleaching sehingga lebih ramah lingkungan.
Ganti dengan Tisu dengan Produk Berbahan Kain
Ya, namanya juga ingin berubah. Jadi gak ada yang instan ya.. Yuk, perlahan kita agak repot sedikit dengan mengganti penggunaan tisu yang praktis ini dengan penggunaan kain atau handuk atau sapu tangan. Sehingga sifat disposable dari tisu bisa berkurang dan bahkan dilepaskan dari kehidupan masa kini.
Penggunaan bahan kain ini akan terasa lebih hemat dan tahan lama. Bisa digunakan berkali-kali juga. Kalau bingung saat bepergian, maka sedikit tips dari yang sudah menjalani diet tisu ini adalah dengan cara membawa pouch atau tas kecil khusus untuk memisahkan handuk kotor.
Keringkan Tangan Menggunakan Hand Dryers
Kuy kita mulai kebiasaan kecil ini. Kebiasaan yang biasa kita lakukan setelah mencuci tangan adalah mengeringkannya menggunakan tisu. Biasanya menggunakan jenis tisu Padahal di beberapa toilet umum telah disediakan hand dryers untuk menggeringkan tangan. Opsi yang bisa menjadi kebiasaan baik untuk meminimalisir penggunaan tisu juga nih..
Kuy, #BersamaBergerakBerdaya Bersama Team Up For Impact
Untuk mendukung aktivitas #BersamaBergerakBerdaya dalam rangka melestarikan lingkungan dengan mengubah hal-hal sederhana, aku selalu pantau website Team Up For Impact Everyday.
Di website ini, sahabat akan memperoleh panduan apa mengenai apa yang bisa kita lakukan di awal minggu dan terus lakukan hingga seminggu ke depan. Seperti pada hari ini, challenge-nya adalah "Tidak menyalakan TV".
Hal kecil yang cukup mudah dilakukan yaa...
Dan aku memang udah gak nonton TV dari sejak lama sih.. Hihi~
Challenge yang sedang aku lakukan saat ini adalah "Tidak Menggunakan Tisu".
Sekedar tips untuk memulai challenge yang agak menantang, biasanya aku ajakin seluruh keluarga untuk memulai. Meski masih tersendat dan mungkin lama prosesnya, tapi karena ada kain di setiap tempat yang mudah dijangkau, maka seluruh anggota keluarga bisa turut berpartisipasi.
Menyenangkan yah..
Yuk, ajak semua ikutan berpartisipasi #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku.
Jangan tunggu sampai besok deh.. Kuy!
Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
5 Juni 2023
Salam hangat,
Iya, nih. Pernah pakai tisu dari bambu. Tapi, lupa beli di mana. Ntar coba cari lagi, deh
ReplyDeleteIni yang tissuenya warna coklat krem itu ya? Belum banyak dijual di supermarket yah. Tapi udah mulai banyak sih. Ntar cari deh...Memang sulit menghilangkan kebiasaan ini sih. Tapi demi bumi tersayang. Yuk mulai...
DeleteSetiap sumber daya sebaiknya digunakan dengan bijak sesuai kebutuhan. Termasuk pemakaian tisu yang bisa digantikan dengan produk lain yang lebih ramah lingkungan
ReplyDeleteNah iya, penggunaan tissu memang jadi isu yang penting untuk dibahas. Dulu orang sering bawa sapu tangan kemana mana dan ini bisa dimanfaatkan banget. Diriku sendiri sering bawa handuk kcil sih buat ngelap ngelap tangan atau mulut
ReplyDeleteDi keluarga Saya sudah jarang menggunakan tisyu kak, beralih ke lap kain. Karena lebih keset Dan lebih Bersih serta hemat hehehe
ReplyDeleteKalau lap kain juga bisa berulang kali pakai ya kak.
DeleteTinggal cuci bersih, dan bahkan bisa menggunakan pengharum pakaian yang disukai
Ngacung,,,pakai tisunya masih berlebih akutuuu...Suami dana anak sulung alergi debu, jad sering bersin. Selalu ada tisu di meja makan juga di kendaraan. Duh, baca artikel ini jadi reminder buat mengurangi pemakaian tisu sehari-hari
ReplyDeleteDaku juga mbak ngacung, hix..
DeleteApalagi kalau lagi pilek, deuh bisa menghabiskan banyak tisu juga.
Kudu berubah nih dengan yang lebih ramah lingkungan
Kalau saya sih diajarkan oleh orang tua pakai saputangan jadi bisa dibilang untuk penggunaan tisu minim sekali. Yuk bersama kita pasti bisa menjaga Lingkungan Hidup.
ReplyDeleteAku pun sama nih masih menyediakan tisu di rumah untuk keperluan mendadak semisal ada keluarga yang datang lalu makan bersama, maka tisu rasanya tetap dibutuhkan. Hanya saja untuk keperluan pribadi ya lebih memilih menggunakan sapu tangan.
DeleteAku nih, masih sering pakai tisu. Belum bisa tidak sama sekali menggunakan. Tapi berusaha untuk mengurangi penggunaannya dengan mengelap pakai kain.
ReplyDeleteSama kak,
DeleteDaku juga masih pakai tisu.
Kudu bisa nih ya kita meminimalisir penggunaannya. Yuk bisa..
Betul banget Mba, terlihat sepele sih ya tentang tisu ini, tapi dampaknya luar biasa bagi lingkungan jika terus dibiarkan. Makanya setuju banget bila kita bisa mengganti tisu dengan tisu dari bambu atau tebu, atau justru menggunakan kain atau sapu tangan saja supaya lebih ramah lingkungan ya.
ReplyDeleteIya ya mas, aku pun baru tau yang tissue bambu atau tissue tebu, sayang masih jarang tersedia yaaa. Mau mulai beralih ke penggunaan tissue bambu atau tissue tebu ajaaa
DeleteDulu aku selalu ngantongin tissue kering dan basah kemana2, tapi sekarang aku ganti jadi sapu tangan.. namun masih tetap bawa tissue basah hanya saja bijak menggunakan.
ReplyDeleteIya nih kepingin diet tisu. Anak2 suka boros kalo pake tisu habis makan. Disediakan sebetulnya gak dipake
ReplyDeletePakai tisu tree ini boleh juga idenya.
ReplyDeleteCuma daku belum lihat ada di sekitar mini market Deket rumah yang jual, mungkin dakunya juga kurang teliti. Pankapan coba cari ah, karena kerap menggunakan tisu
Udah lama saya mengganti tisu dengan sapu tangan
ReplyDeleteSeperti pasca cuci tangan, berwudu dsb
Kerasa manfaatnya di kulit dan ternyata berguna juga untuk lingkungan ya?
Bawa sapu tangan walaupun terasa jadul tapi sebenarnya ngasih banyak manfaat juga ya, Ambu. Malah lebih menghemat pengeluaran karena nggak perlu rajin beli tisu, cukup dicuci dan keringkan saja sudah bisa dimanfaatkan kembali.
DeleteKebutuhan penggunaan tisu tuh sudah menyentuh banyak lini kehidupan sih ya. Sekarang tinggal bagaimana nih cara berdietnya. Kalau saya pribadi termasuk yang jarang beli tisu walau harganya makin ke sini ya makin ramah di kantong. Tapi memang tetap beli sih. Hanya saja selama masih bisa ditanggulangi pakai sapu tangan semisal mengeringkan tangan saat di luar rumah ya pakai itu saja dulu. Tisu dipakai saat super darurat saja.
ReplyDeleteWalau mungkin susah ya kak diet tisu, tetapi dengan rutin diterapkan bukan hal yang tidak mungkin sih ya. Karena semua untuk bumi kita ini
DeleteHarus dibikin trend lagi nih penggunaan slampe alias saputangan karena dulu almarhum ayah sampai punya koleksinya, selain buat mengelap wajah dan mulut sehabis makan, ternyata menjadi style gaya, manfaatnya lebih bagus kan dibanding tissue yang bisa mencemari dan menambah sampah
ReplyDeleteDuh ini tuh aku yang dulu banget hhahah. apalagi pas anakku bayik. udah bawa tisu kemana-mana, meskipun pampersnya pake cloudy tapi tetep aja bersihinnya apalagi pas pergi2 tetep pake tissue. emang kalo ga diniatin dan dijadikan goals dalam hidup tuh jadi ngga konsisten, Tapi alhamdulillah skrg udah mulai berkurang bangettt sih. selain krn anak udah makin gede dan udah bisa ke toilet tanpa pampers, jadinya ya cuma butuh buat keringin gorengan aja. Ngelap dapur dan kotoran jg udah pakai lap kain bambu yang gampang dicucinya
ReplyDeleteAku juga pake sapu tangan sih kemana2. Lebih praktis. Bisa dicuci setelah dipake. Masalahnya emang buat persediaan di meja, terutama utk tamu sih. Aku masih pake tisu biasa. Tapi baru tahu loh ada tisu tree free yg lbh ramah lingkungan. Mau cari ahh.
ReplyDeletesaya mulai membiasakan diri pakai sapu tangan atau handuk kecil jika mau keringin tangan mba, karena sadar betul pemakaian tisu bisa berdampak terhadap kelestarian lingkungan terutama hutan kita.
ReplyDeletenah ini nih salah satu concern aku loh, secara kita tuh kayanya ga bisa lepas dari yg namanya tisu sehari-hari deh, krn byk pakai tisu artinya kita byk mengorbankan pepohonan di negeri kita tercinta ya
ReplyDeletebelum pernah nemu nih tisu dari bambu Kak, jadi penasaran lho.
ReplyDeleteselain plastik, masih jadi PR bersama juga ya ini untuk bisa diet tisu, secara ke-praktisan-nya bikin kita mager untuk sedikit susah berurusan dengan kain ataupun handuk untuk sekadar mengelap atau membersihkan kotoran atau tumpahan yang basah, fiuuh.
Masih jadi PR juga lho diet tisu ini. Meskipun aku sendiri sekarang juga udah jarang pake krn anak2 udah gede. Dulu jaman masih bayik, beuh seperti ketergantungan tisu. Alhamdulillah sekarang udah bisa ganti pake lap kering yang mudah dicuci dan dibersihkan.
ReplyDeleteTisu emng jadi sesuatu yg sellu ada disetiap momen kita sih ya kk. Padahal penggunan tisu buruk juga u/lingkungan. Semoga next kita bisa sellu bijak dalm penggunaan tisu demi menjaga lingkungan
ReplyDeletemakasih remindernya kak, kalau di tempat umum sih banyak ya gpengering tangan, kalau dir rumah juga bisa pakai lap kain. nah kalau di perjalanansaya masih pakai tisu kering/basah nih :(
ReplyDeleteKalau papa saya itu tipe yang henat banget tisyu, sampai pakai tisyu itu pasti dibagi 2 dulu setiap pakai. Nah kalau saya nih yang agak boros sama tisyu. Semoga bisa nurun cara beliau deh.
ReplyDeletePas main main ke gunung padang aku kaget Dan seneng banget ada tisu bambu, Dan ternyata mulai hits ya di pasaran. Aku udh usaha mengurangi penggunaan tissue, cuma isu kalau ke toilet masih perlu tissue nih, menantikan inovasi2 tissue lainnya buat urusan toilet nih
ReplyDeleteSudah lama kami para pendaki gunung sangat meminimalisir penggunaan tisu
ReplyDeleteSelain sayang bahan dari pohon itu, juga apalagi jenis tisu basah itu sampahnya gak cepat terurai. Kesadaran masih kurang juga sering terjadi sehingga buang sampahnya sembarangan
Apalagi sekarang juga ada yang tisu basah dikeringin itu yah. Duh makin susah terurai. Aku juga meminimalisasi penggunaan tisu dan membiasakan anak-anak bersih2 pake lap kecil sih kalo di rumah.
DeleteWah, baru tahu kalau untuk satu pack tissue dibutuhkan 1 pohon. Jadi kudu ikutan diet pakai tisu nuh. Selama ini belum paham hal seperti ini.
ReplyDeleteAku sudah lama diet tisu, dirumah di mpbil gak ada tisu. Kalau anak anak pilek pakai sapu tangan kembali ke jaman emaknya sekolah dulu😃
ReplyDeletejujur aja saya belum bisa sepenuhnya lepas dengan tisue. di rumah masih nyetok tisu dapur dan tisu meja.. tapi sebetulnya kami sudah memperbanyak lap biar untuk hal2 yang tidak terlalu urgent bisa pakai lap aja yang bisa dicuci ulang
ReplyDeleteSama, belum bisa lepas dari tisue juga. Cuma sekarang udah mulai mencoba meminimalisir penggunaan tisue dgn diganti pakai lap.
DeletePenggunaan tisue memang harus bijak sih. Karena kalau sering menggunakan tisu sama halnya kita menebang pohon makin banyak. Hal ini tentu saja tidak baik bagi lingkungan dan bumi kita.
ReplyDeletebener banget, bahan pembuatan tisu memang dari pohon. Tentu harus lebih bijak ya, pakai kain beberapa kali pakai untuk lap tangan juga bagus...sekarang sudah banyak di jual di pasaran.
DeleteMasih jd antara PR banget nih buat penggunaan tisu. Klo zaman dulu biasa ya pakai sapu tangan saat bepergian. Klo sekarang udah jarang ada yg pakai soalnya emang lebih praktis tisu. Sekali pakai tinggal buang.
ReplyDeleteNah aku pengguna tisu di dapur
ReplyDeleteMakanya lihat ini jadi tercerahkan untuk pakai tisu yang ramah lingkungan
Saya juga Kak, masih pakai tisu dapur apalagi kalau menu goreng-gorengan, walau sudah ditiriskan dulu tapi tetap aja pakai alas tisu dapur, huhuhuh
DeleteTantangan terbesar bagiku bukan masalah tidak bisa beralih ke tissue kain atau tissue dari serat bambu, tapi lebih ke edukasi satu rumah. Apalagi kalau tinggal sama emak, duh, ribet edukasinya wkwkwk, kudu pelan2 dan suabar banget
ReplyDeleteKalau saya untuk mengurangi tisu lebih suka menggunakan kain, tinggal cuci aja kalau kotor. Dirumah ada byk stock lap handuk
ReplyDeleteSaya juga pakai cara ini. Kalau orang dulu bilangnya serbet. Eh tapi sekaranh juga ada yang jual tissue kain
DeleteDulu saya termasuk boros memakai tisu. Sekali tarik bisa beberapa lembar. Setelah tahu dampak penggunaan tisu pada hutan kita, mulailah mengurangi pemakaian tisu, Saya hanya mengambil selembar setelah makan. Di rumah, untuk mencuci tangan ataupun membersihkan dapur, kita memakai kain yang bisa dicuci ulang.
ReplyDeleteMenjaga kelestarian bumi itu nggak susah ya teh
ReplyDeleteCukup dengan hal sederhana juga bisa
Salah satunya ya belajar nggak pakai tisu
Makin sedikit tissue ditinggalkan makin sedikit pohon yang ditebang dan makin sedikit pemanasan global yang dihasilkan dari industrinya. Ayuk mulai dari diri kita sendiri
ReplyDeleteSamaa.. Suamiku kakau pas lagi kena alergi juga suka bersin gitu, boros banget sama tisu.
ReplyDeleteBtw baru tahu kakau ada tisu yg terbuatdari bambu dan tebu, perlu dioerluas lagi bih penggunaannya..
Iya, nih sekarang dikit-dikit tisu. Faktanya tidak baik untuk lingkungan. Apalagi tisu basah, jadi harus lebih bijak menggunakan tisu. kalau bisa beralih ke kain yang bisa digunakan berulang-ulang.
ReplyDeletejadi inget jaman ngedate sama pacar awal-awal suka dimarahin kalau banyak-banyak pakai tisu. karena suka kayak gitu, jadi sekalinya dia pakai tisu suka aku ledek juga haha
ReplyDeleteInsya Allah jika kita melakukan gerakan diet tisu dari diri kita sendiri, maka akan makin banyak pohon yang terselamatkan di bumi ini yaaa...
ReplyDeleteWaaah terimakasih sudah diingat mbak. Aku termasuk orang yang boros tissu, kadang dalam satu kantong kresek isinya tissu kotor, dikit2 dilap pake tissu...padahal ini pemborosan ya. Mulai sekarang harus puasa tissu deh dan beralih ke lap kain yang bisa dicuci.
ReplyDeletememang tidak mudah karena kita sudah biasa ya mba,. tapi bukan berarti ngga bisa mengurangi penggunaan tissue. Aku suka bawa napkins dan lap tangan memang
ReplyDeletePemakaian tissu ini yang masih sulit saya atasi di rumah karena anak-anak apa pun kegiatannya yg berhubungan dengan lap mengelap pasti bergantung sama tissu. Padahal ini kebiasaan yg buruk. Ok deh Teh, mulai hari ini anak-anak harus belajar hemat pemakian tissu.
ReplyDeleteDiet tisyu ini awalnya memang sulit kak, tapi memang harus dipaksa dan lama kelamaan bisa lho. saya senang kini penggunaan tisyu di rumah sudah bisa ditekan hingga 80% an
ReplyDeleteMengubah kebiasaan itu memang bukan hal gampang ya, Kak. Tapi kalau tujuannya sepenting menjaga kelestarian lingkungan kayaknya memang harus banget diupayakan. Semangat!
ReplyDeleteAduh jafi gak enak,soalnya aku juga termasuk yang suka kalap kalo pake tissu.Tapi dua tahun terakhir aku kumpulkan tissu bekas hapus make up untuk digunakan lagi untuk ngelap-ngelap air tumpah misalnya.lumayan juga jadi gak terlalu boros tissu lagi
ReplyDeleteTernyata dampak pemakaian tisu banyak banget ya, hal sepele tapi dampaknya sangat besar, harus segera dimulai nih diet tisu, terima kasih remindernya ya
ReplyDeleteWow, diperlukan 1 pohon berusia 6 tahun untuk membuat 2 pak tisu isi 40 lembar...Aku berasa bersalah bangets dah pakai tisu berlebihan huhuhu. Baiklah mesti lebih bijak ke depan
ReplyDeleteIya, sama nih mba, rasanya bersalah banget yaaa.. apalagi klo ingat pas jajan di warung gitu, ngambil tisunya banyak2 huhuhuu... harus mulai lebih bijak nih terkait penggunaan tisu.
DeleteDulu awal diet tisu saya mulai dengan mengurangi ukurannya, jadi untuk di rumah lebih sering beli tisu yang berukuran kecil dan ternyata cukup. Sekarang di meja makan, selalu menyediakan lap tangan dan lap serbaguna. Pelan-pelan mulai mengurangi penggunaan tisu walaupun kadang masih sulit, terutama saat bepergian atau traveling. Tapi memang tisu ini jadi sumber sampah yang luar biasa ya Kak. Mudah-mudahan kita semua bisa konsisten menerapkan diet tisu semaksimal mungkin..
ReplyDeleteTisu, sepertinya sepele ya cuma tisu tapi jika ditarik ke belakang ada banyak pohon yang ditebang untuk menghasilkan ribuan bahkan ratusan lembar tisu padahal satu pohon saja sangat berarti untuk memberikan kualitas udara yang sehat bagi manusia. Aku sekarang jarang pake tisu, lebih baik stok lap banyak2 selain bantuin anak-anak yang jual lap di pasar juga lebih hemat karena ngak perlu sering beli.
ReplyDeleteAku juga gitu, awalnya suka banget pakai tissue. Tapi sebenarnya kebiasaan pakai kain lap tuh udah ada di keluargaku. Keluarga yang super hemat. Jadi kami apa-apa gaboleh pake tissue. Tissue cuma boleh buat tamu. nah, semenjak tahu dampaknya, sekarang mulai deh mengurangi tissue, terutama di dalam dapur. Mendingan pakai lap aja karena bisa dipakai berulang. Hehe.
ReplyDeleteYup sangat setuju. Saya juga mengurangi penggunaan tisu dan tidak menggunakan nya di rumah..
ReplyDeleteSedih kali rasanya... keluarga kami tampaknya sulit diet tisu hiks. Tapi aku akan mencobanya dg mengikuti tips ini mbak.. maksih ya
ReplyDeleteaku yang suka buang-buang tisu jadi tersindiri teh, ternyata yah lebih bijak menggunakan tisu juga baik untuk lingkungan hidup kita dan aku jadi ngeh kenapa disekolah anakku diwajibkan membawa lap tidak boleh tisu karena selain lebih hemat juga memang lebih baik
ReplyDeleteaku juga udah mulai ngurangin tisu di kamar mandi dan mengganti pakai handuk kecil yang bisa dicuci, memang bener sih, kesadaran lingkungan itu mau ngga mau berawal dari diri kita sendiri ya
ReplyDeleteduh jadi sedih ternyata banyak banget pohon yang digunakan untuk membuat tisu. semoga setelah ini jadi makin aware dan mengganti penggunaan tisu dengan sapu tangan atau celemek. hal-hal yang sederhana ternyata punya dampak besar bagi bumi
ReplyDeleteDulu nih setiap flu dan ingusan aku langsung ambil tisue sebanyak-banyaknya untuk membersihkan tetapi pas tau proses pembuatan tisue sungguh aku lebih berhemat dalam pemakaian tisu di kehidupan sehari-hari
ReplyDeleteNah ini, seringkali kita bingung ya dalam aksi untuk turut andil melakukan hal baik untuk bumi. Padahal bisa jadi aksinya sederhana. Ya kayak minimal dalam penggunaan tisu. Kalo dilakukan konsisten, udah banyak membantu bumi ini. Duh aku juga kudu nih diet tisu.
ReplyDeleteGa bisa dipungkiri kalau kita memang masih butuh tisu dan belum bisa beralih total. Tapi sedikit2 aku pun mulai mengurangi penggunaan tisu. Aku pake handuk khusus wajah kalau sudah beres cuci muka atau wudhu. Kalau naik gunung pun aku meminimalisir penggunaan tisu basah, karena tisu basah itu mengandung bahan lain yg sulit diurai
ReplyDeleteDiet tisu jadi salah satu cara kita untuk menjaga lingkungan ya teh. Kalau aku biasanya pakai serbet buat di dapur. Atau bawa sapu tangan saat bepergian
ReplyDeleteSekarangm saya kembali bawa sapu tangan untuk lap keringet. Udah jarang banget pakai tissue. Ya, setidaknya ini salah satu langkah kecil yang saya lakukan untuk mengurangi penggunaan tissue
ReplyDeletejujur ya Mbak Len, ini ga mudah. Apalagi kaya buang ingus atau abis bekam itu masih perlu banget tisu karena sekali buang. ga mudah belum tentu ga bs..terima kasih pengingatnya Mbak
ReplyDeleteAku jarang pakai tisu, biasanya pakai lap, sapu tangan untuk menyeka tangan dan wajah. Terlihat sepele tapi tisu bekas ternyata bisa menumpuk sampah banyak sekali dan merusak lingkungan ya
ReplyDeleteSejujurnya saya masih belum bisa lepas dari Tisue nih, memang kayanya harus mulai dikurangi. Bener juga pakai lap lain bisa jadi solusi
ReplyDeleteSemakin baca tentang kondisi bumi, semakin berdosa sama apa yg sudah dilakukan terhadap bumi, berpuluh-puluh tahun lalu. Tapi 3 tahun terakhir ini setidaknya kita sudah berusaha untuk campaign ya Mba. Semangat Mba Lendy
ReplyDeleteAwesome website with useful content. I appreciate your work. keep doing it. Read
ReplyDeleteAku ngurangin tisu sekarang dengan pakai baju kak wkwkwk anakku kalo dilapin tisu di makan
ReplyDeleteKalau aku sudah lama nggak pakai tisu saat keluar rumah
ReplyDeleteDi rumah juga jarang, banyak pakai serbet sih
Aq ketemplak banget nih, karena aq pemakai tisu terbanyak dirumah. Aq harus belajar mengurangi penggunaan tisu
ReplyDeleteEh iya sekarang ini udah banyak tisu yg bahannya bambu, tapi masih sebatas beberapa merek aja, yg jualan dijalan2 tuh masih tisu regular pada umumnya, aku biasanya bawa anduk kecil gitu meski bolak-balik dicuci
ReplyDeleteAku sekarang juga mulai mengurangi menggunakan tissu kak, mulai berganti ke lap kain yang bisa dipakai berulang kali
ReplyDeleteBelum bisa sepenuhnya bebas dari tisu tapi kalau dirumah aku ganti pakai lap kain. Apalagi banyak gombal bekas bingung mau dibuang kemana. Jadi dimanfaatkan jadi lap.
ReplyDeleteAlhamdulillah diet tisu kak, meski belum minim banget. Kalau bepergian masih perlu bawa tisu. Kalau untuk lap tangan atau lap di dapur udah pake kain.
ReplyDeleteAkhir-akhir ini frekuensi saya dalam memakai tisu sudah mulai berkurang, selain hemat ternyata bisa membantu untuk mengurangi penceraman lingkungan juga ternyata. Saya sudah mulai membiasakan diri pakai lap kain yang bisa dicuci berulang.
ReplyDeleteBaca tulisan ini jadi seperti reminder utk saya yg juga sering pake tisu, terutama utk ngeringin peralatan masak yg masih basah tp udh keburu mau dipake. Btw aku baru tahu ada tisu tree free mbak. Next time mau aku coba deh.
ReplyDeleteSudah lama juga saya puasa untuk menggunakan tisu, karena memang klo bukan kita yang menjaga alam terus siapa lagi ye kaan?
ReplyDeleteAq smpt lht komen2 ttg hal serupa mba. Byk yg blg pohon yg digunakan untuk bkin tisu selalu ditanam ulang, bukan yg ditebang liar. Lalu kalau soal air, ganti jd kain jg lbh byk air untuk mencuci. Jadi bingung sdri euy. Tp aq udah 1 th bebas tisu. Penggunaan air ga signifikan bertambahnya krn yg dicuci jg ga banyak2 amat
ReplyDeleteKerennya lagi sekarang tuh udah ada tisu kain ya mbak. Ada beberapa merek yg jualan produk2 eco friendly begini salah satunya tisu kain yg bisa dipakai ulang. Aku mau beli tapi belum jadi, tertunda..
ReplyDeleteKarena di rumah kain lap, serbet ran sapu tangan masih ada dan bisa dipake. Wkwkwk.. Katanya, produk yg paling sustainable itu yg sudah ada di rumah kita, hehehe..
Waduh, sebagai 'pemakan' tisu, aku merasa tertampar, nih, huhuhu.. Poin pake tissue tree free menarik nih, coba ah. Tengqyu mbak..
ReplyDeleteWah, aku dan keluargaku banget Mbak, nggak bisa lepas dari tisu. Coba deh ntar aku cari info produk tisu yang tree free.
ReplyDeleteKalau di rumah, saya sebisa mungkin udah nggak pakai tisu. Cuci tangan pakai air saja, dan dikeringkan pakai lap tangan. Atau didiamkan saja juga nanti kering sendiri.
ReplyDeleteAku termasuk jarang pakai tisu krn emang gk suka tisu, gk tau kenapa agak kurang suka liat tisu, apalagi tisu bekas, kadang suka mau muntah haha. Aku gak akan pakai kalau gak kepaksa banget. Kalau misal nemu air aku lbh milih membersihkan dengan air dan sabun lanngsung. Kalau ada air tumpah aku lbh milih pakai lap langsung.
ReplyDeleteAlhamdulillah aku udah diet tisue lumayan lama mba. Kalau di rumah seringnya pakai serbet atau cuci tangan langsung pakai air. Pakai tisu itu kalau enggak benar-benar kepepet enggak pakai. Sekarang rata-rata produk ramah lingkungan ini terbuat dari material berbahan bambu ya kak
ReplyDeleteAku udah mulai ngurangin tisu dengan pakai kain lap dan juga pakai tisu dapur. Tisu dapur (semacam tisu basah tapi versi kering) ini aku pakai buat bersih-bersih karena bisa dicuci pakai. Tapi nggak tahu juga deh kalau misalnya sudah sobek-sobek dan tidak bisa dipakai lagi, apakah bisa terurai. Jadi kepikiran...
ReplyDeleteBanyak opsi sebagai peganti tisu, tapi agaknya sulit bagi yg sudah terbiasa pakai tisu di kehidupan sehari-hari. Opsi tisu lain sepertinya bisa sebagai peganti.. Sperti di dapur terbiasa menggunakan serbet kain
ReplyDeleteYang aku lakukan pakai serbet kain dan juga saputangan handuk. Tapi kalau lagi pilek memang masih agak susah sih, masih sering pakai tisu juga jadinya biar bisa segera dibuang.
ReplyDeleteMasih memakai tisu nih aku, habisnya gimana ya, praktis aja gitu. Tapi ternyata banyak menebang pohon di hutan ya Coba deh pelan-pelan ganti dengan benda lain, kayak lap atau serbet ya.
ReplyDeleteDi rumah selalu pakai lap atau kain khusus buat mengeringkan tangan atau membersihkan tumpahan di meja. Tapi kalau bepergian masih sering stok tisu basah karena dirasa lebih praktis. Sepertinya harus diubah ke cara yang lebih ramah lingkungan ya.
ReplyDeleteSaya termasuk yang belum bisa mengurangi penggunaan tisu sih, jadi alternatifnya saya berusaha mengganti tisu biasa dengan tisu bambu yang lebih ramah lingkungan. Tapi susahnya tinggal di kota kecil, tisu dari bambu ini cuma ada di swalayan besar sih.. klo di minimarket kadang suka gak ada.
ReplyDeleteMudah2an ke depannya bisa pelan-pelan menggurangi penggunaan tisu ini sih.
Di Jogja, banyak warung yang sudah tidak menyediakan tisu. semata-mata untuk mengurangi penggunaan tisu dan sepertinya juga mengurangi modal usaha.
ReplyDelete