Silenced : Ketika Suaramu Tak Bisa Di Dengar
Bismillah,
Akankah Pak Kepala Sekolah dan guru-guru Gwangju Inhwa School mendapat hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya terhadap anak-anak yang malang ini?
Silenced K-Movie. Annyeong haseyo~
Hola sahabat lendyagasshi.
Lagi adu nyali niih...nonton drama yang ada hubungannya dengan anak kecil dan kekerasan seksual. Yang punya anak kecil, pasti mewek banget. meski gak punya pun, pasti sedih sii...melihat Film Silenced yang diangkat dari kisah nyata.
Awalnya aku tau film ini yang mainin Gong Yoo dan sudah diulas juga di blognya teteh beauty blogger keshayangan aku, teh Winda. Dan dari sini, aku janji, gak mau nonton. Terlalu perih rasanya tau anak-anak kecil sudah menghadapi kasus berat begini dan pelakunya adalah guru mereka sendiri, seseorang yang mereka anggap bisa melindungi dan mengajarkan kebaikan.
Lalu, baru-baru ini di Korea ramai memperbincangkan anak angkat yang masih berusia 16 bulan meninggal karena dianiaya oleh orangtua angkatnya sendiri. Hingga muncullah hastag #정인아미안해 #mianhaeJongina. Hastag ini ramai jadi trending di twitter karena para idol dan artis Korea ikut berbela sungkawa. Aku rasa, kasus mengenai anak-anak ini sungguh menyentuh, sehingga aku memberanikan diri nonton Silenced.
**nyambung gak yaa...antara kasus Baby Jeongin sama rasa penasaranku sama Film Silenced?!?
Filmografi
Judul : Silenced / Dokani (도가니)
Director : Hwang Dong-Hyuk
Writer : Hwang Dong-Hyuk, Kong Ji-Young (novel)
Cast :
Gong Yoo as Kang In-Ho
Jung Yu-Mi as Seo Yoo-Jin
Kim Hyun-Soo as Yeon-Doo (anak yang teraniaya)
Jung In-Seo as Yoo-Ri (anak yang teraniaya)
Baek Seung-Hwan as Min-Soo (anak yang teraniaya)
Genre : Criminal, law disability, based on true story
Release Date: 22 september 2011
Runtime : 98 minutes
Rating : ⭐⭐⭐/5
Sinopsis Silenced
Diawali dengan kepindahan Kang In-ho (Gong Yoo) ke sebuah sekolah di Gwangju, Gwangsan-gu. Sekolah kecil, gak bergaya dan merupakan sekolah akademi anak-anak tuna rungu. Di sini, In-ho sseonseng-nim akan mengajar seni.
Sedari awal memasuki sekolah akademi anak-anak tuna rungu ini, In-ho sudah merasakan keanehan. Seperti adanya iuran sekolah, alias uang sogokan karena In-ho dari Seoul dan masuk sekolah negeri di desa seperti ini, rasanya aneh kalau bisa masuk begitu aja, tanpa adanya koneksi.
**harusnya mereka bangga yaa...kedatangan guru dari Seoul gituloo...malah dipalak, coba?!?!
**harusnya mereka bangga yaa...kedatangan guru dari Seoul gituloo...malah dipalak, coba?!?!
KZL banget.
Yang minta uang adalah saudara kembar Pak Kepsek, yang sangat miriiip sekali. Mereka ini kembar identik. Dan sama-sama weirdoo!
Hari Pertama Mengajar
In-ho ssaem tentu excited sekali dengan murid-muridnya. Sehingga ia meminta murid-muridnya untuk menggambar contoh apel yang disajikan di atas mejanya. Gambaran dari masing-masing anak ini menunjukkan karakter. Sepertinya In-ho ssaem ingin mengenal satu per-satu siswanya.
Setelah berkeliling, ia memuji gambaran seorang anak perempuan. Namun sang ini perempuan ini malah menutup diri, sehingga In-ho ssaem pun tidak memaksa lebih jauh lagi. Ia berkeliling lagi dan malah menemukan seorang anak yang bukannya menggambar, malah asik makanin model apel yang ada di atas meja guru.
**hihii...polos yaa..
Dan saat melihat kertas gambar si anak ini, masih kosong. In-ho ssaem membujuk sang anak untuk menggambar, dan inilah yang digambarkan...
Dan ada satu murid pria yang terus menunduk. Saat dilihat wajahnya oleh In-ho ssaem, betapa terkejutnya In-hoo. Wajah sang murid laki-laki ini penuh dengan lebam. Tapi sebagai guru, In-ho gak ingin membuat muridnya insecure, sehingga ia memilih untuk diam dan mencoba bertanya pada guru lain saat berada di ruang guru.
Dan jawaban guru lain tersebut adalah
❝Jangan menganggap murid yang ada di sini itu sama dengan anak-anak normal. Mereka mengalami kelumpuhan fisik yang mengakibatkan ketidakseimbangan mental. Aku sudah bersama mereka selama 10 tahun. Tapi mereka tidak terbuka padaku.❞
In-ho ssaem tentu gak puas sama jawaban si guru ini hingga ia mencari tahu sendiri, ada apa sebenarnya dengan murid-murid di kelasnya. Ia begadang hingga larut malam di ruang guru untuk membaca biodata dan profil lengkap siswa-siswanya. Dari sini, kejadian pertama pun dimulai...
Saat In-ho ssaem mau pulang dan menutup pintu ruang guru, sambil bertelepon dengan ibunya, samar-samar ia mendengar suara anak berteriak. In-ho pun menelusuri lorong kelas tempat asal suara itu berasal. Ternyataa.....suara itu berasal dari arah kamar mandi perempuan.
Saat akan menolong, langkahnya terhenti karena mendadak ada satpam sekolah yang sedang berpatroli dan berkata, "Ini kamar mandi perempuan, apa yang sedang anda lakukan, Pak Guru?"
Hari Kedua Mengajar
In-ho menyerahkan uang palakan ke guru kembaran Pak Kepsek. Dan lebih nyebelinnya lagi, ternyata ada polisi setempat yang berada di ruangan tersebut. Sedang apa?
Sedang dikasih uang sama si Pak kembaran Kepsek ini. Bribery gitu loo... Jadi kalau ada masalah apa-apa dengan sekolah, tolong dibantu lah yaa... Memangnya, sekolah punya masalah apa siih...? Nanti di bagian bawah aku jelaskan.
***
Selain kejadian ini, In-ho dikejutkan dengan kejadian lain. Pak Guru yang ditanya mengenai siswa yang lebam-lebam itu kenapa, malah ia sendiri yang memukuli si murid hingga sang murid yang bernama Min-Soo ini terpojok dan ada luka di bibirnya. Sambil sesenggukan, Min soo hanya berani menatap sang guru ini dengan mata penuh ketakutan.
Min-Soo : sang anak lelaki yang malang, ia kehilangan adiknya yang meninggal karena ditabrak kereta api. |
Kejadian demi kejadian terus ditemui In Ho ssaem. Hingga ia ditunjukkan oleh seorang anak gadis (bernama Yoo-ri) bahwa temannya sedang disiksa oleh penjaga asrama dengan cara kepalanya dicelupkan ke dalam mesin cuci 2 tabung yang sedang berputar-putar.
**gimana blebek-blebeknya yaa...huhuu....serem.
Temannya ini bernama Yeon-do. Dan alasannya Ibu Asrama menyiksanya adalah karena si anak ini terus ingin melarikan diri dari asrama bersama Yoo-ri dan Min So.
Ada apa sebenarnya yang terjadi di sekolah Gwangju Inhwa School?
Semakin Terungkap, Semakin Banyak Luka
Akhirnya, si anak yang bernama Yeon-do yang disiksa Ibu Asrama tadi pingsan dan masuk rumah sakit. Karena wajah dan badannya lebam-lebam (sama seperti Min So) maka dilakukanlah visum. Dari hasil visum ini, dokter mengungkapkan hasilnya bahwa Yeon-do mengalami kekerasan seksual.
Sedikit demi sedikit tabir misteri terjawab. Keanehan siswa-siswi dan perasaan insecure setiap siswa Gwangju Inhwa School ternyata di sinilah kuncinya.
Setelah mencari tau ke Yoo-ri dan Min So, mereka pun memberikan keterangan yang serupa. Dan sebagai guru, In Ho tentu gak tinggal diam. Ia segera mengajak kerjasama seseorang yang ia kenal di kota itu, Seo Yoo Jin (Jung Yoo Mi) sebagai aktivis HAM untuk melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib.
Tahu apa yang mereka dapat?
Laporan demi laporan yang dilayangkan tidak mendapat tanggapan dari pemerintah daerah setempat. Baik dari polisi maupun pihak kantor dinas yayasan, seolah ini bukan kasus yang berat. Jadi di bal-bal gak karuan, In Ho gak patah arang. Ia mengundang media untuk merekam testimoni para anak-anak malang ini.
Ya Allah...sudah segini bobroknya moral manusia...huhuu..
Setelah kasus ini terungkap dan terpaksa Polisi menahan Kepala Sekolah serta guru yang terlibat, mereka menyewa pengacara yang paling mahal dan paling berpengaruh. Makin kepepet posisi sang anak-anak. Malah yang ngenes adalah hukum di zaman itu mengatakan bahwa kasus bisa aja ditutup jika ada perdamaian dari kedua belah pihak.
Semakin gencar sang pengacara mencari cara agar keluarga korban mau diajak damai. Dan yaah, lagi-lagi...uang disini mengambil peran penting. Keluarga Min-So yang memang berasal dari keluarga miskin dan orangtuanya sakit-sakitan serta nenek yang sudah setengah renta, menyetujui untuk berdamai dan dibayar uang sebagai ganti rugi.
Min So yang mendengar hal ini, sontak merasa hatinya luluh lantak. Ia kecewa. Pasalnya, bukan hanya dia yang dilecehkan sang guru, tapi juga yang menyebabkan adiknya mati ditabrak kereta itu karena ulah sang guru yang setelah melecahkan sang adik Min So yang baru berusia 4 tahun. Setelah kejadian itu, sang adik ini tidak mampu berjalan dan akibatnya tertabrak kereta api.
Bagaimana proses hukum yang terjadi kemudian?
Akankah Pak Kepala Sekolah dan guru-guru Gwangju Inhwa School mendapat hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya terhadap anak-anak yang malang ini?
Fakta Sebenarnya Film Silenced
Aku mendapatkannya dari informasi youtube Jang Hansol. Dan salah satu alasan kenapa aku ingin menonton film Silenced ini karena Hansol memaparkan fakta yang mengejutkan, seperti :
Yang di filmkan itu hanya seperempat dari kejadian asli
Jadi, kejadian aslinya itu lebih ngenes dan mengerikan lagi. Lalu dibuatkan novel oleh penulis Kong Ji-Young dan kemudian dibuat versi cinemanya. Namun ketika diangkat menjadi film, maka dibuat penggambaran yang sederhana.
Aku yakin siih...korbannya gak hanya Min So, Yoo Ri, dan Yeon Do. Karena film ini membutuhkan fokus, maka hanya 3 karakter ini yang dimainkan. Aku rasa, sebenarnya ada banyak sekali murid yang menjadi korban. Karena ini sekolah negeri dan letaknya di desa, sudah bisa dipastikan yang bersekolah di sini rata-rata adalah orang miskin yang anaknya berkebutuhan khusus.
Pelaku aslinya ada 10 orang
Padahal di film ini cuma digambarkan 3 guru yang terlibat. Sehingga sudah bisa dipastikan, korbannya juga lebih banyak, gengs.
Dan di cerita aslinya, dari pelaku 10 orang ini, yang dihukum hanya 4 orang dan itupun juga beberapa bulan.
Persis. Di Filmnya juga gitu. Ketiga pelaku ini hanya dihukum 4 bulan dengan masa percobaan 1 tahun dan 8 bulan dengan percobaan masa 1 tahun.
Jadi fakta hukuman yan dijatuhkan ini ringan, benar adanya. Untuk kejahatan yang telah dilakukan pada anak di bawah umur dan profesi mereka sebagai guru, aku rasa ini hukuman sangat-sangat tidak setimpal, alias cacat hukum.
Dan benar adanya bahwa hukuman para pelaku ini bahkan di tengah jalan dihentikan. Karena telah damai dengan keluarga korban. Karena pada tahun itu, hukum di Korea menyatakan bahwa kasus seksual itu bisa di hukum secara perdata saja, bukan pidana. Dan ini yang terjadi, apabila korban memaafkan dan damai, maka lepas sudah jerat hukum bagi sang pelaku.
Karena adanya kasus ini, ada beberapa siswa/i memilih pindah sekolah
Bagi yang orangtuanya memahami bahayanya menyekolahkan anak di lingkungan yang buruk dan memiliki dana lebih untuk memindahkan anak-anak mereka, maka dipindahkan sekolahnya. Namun, bagi yang berasal dari orangtua yang tidak mampu, maka mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Pada akhirnya, Gwangju Inhwa School resmi ditutup tanggal 4 Oktober 2011 oleh Pemerintah
Karena pada awalnya, Gwangju Inhwa School masih memiliki siswa, walau gak banyak dan masih ingin rebranding, sehingga mereka mengganti nama sekolah. Namun, oleh Pemerintah segera ditutup.
Beberapa dari pelaku, masih ada yang berprofesi sebagai guru
Ini wagelaseh banget siih... Selain ada pelaku ada yang gak kena pasal alias bebas dari jeratan hukum, ada juga yang tetap diterima menjadi guru di sebuah sekolah lainnya. Efek domino banget kalau dibiarin. Semoga para pelaku ini sadar...kalau perbuatannya merusak fisik dan mental generasi bangsa.
Lesson Learn Film Silenced
Carilah lingkungan yang baik
Sebagai orangtua carikanlah lingkungan yang baik untuk anak-anak bertumbuh. Kalau sudah terlanjur berada di lingkungan yang buruk, kemungkinannya hanya 2. Mengubah lingkungan tersebut, kalau bisa, atau pindah ke lingkungan yang lebih baik.
Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk menjaga anak-anak terkena pengaruh buruk lingkungan atau nurture.
Jadilah orang yang peduli
Karena orang yang baik saja belum cukup. Orang baik juga harus peduli dengan lingkungan terdekatnya. Di film Silenced ini, ada banyak sekali hal yang kita lihat. Termasuk saat persidangan berakhir dan keputusan tidak berpihak pada korban. Malah berpihak pada pelaku yang memang dinilai "baik" oleh lingkungan, karena Pak Kepala Sekolahnya adalah salah satu dewan jemaat salah satu tempat peribadatan.
Endingnya :
"Aku pernah bertanya kepada mereka, Apa yang paling berbeda dibandingkan dulu dengan sekarang?"
Mereka sadar bahwa mereka sama berharganya layaknya seperti orang lain.
❝Melihat mereka bertambah besar (Yoo Ri dan Yeon Do), membuatku berpikir bahwa kita tidak harus bertarung untuk mengubah dunia. Melainkan sebaiknya kita tidak berubah menghadapi dunia.
Cuaca semakin dingin,
Musim dingin telah tiba.
Musim dimana kita berada supaya bisa merasakan kehangatan orang-orang di sekitar kita.❞
Film yang mengangkat kisah nyata ini mendapat banyak apresiasi karena keberanian sang sutradara mengangkat kisah yang tidak biasa, yakni pelecehan seksual dan hukum yang lemah pada saat itu di Korea Selatan. Hingga beberapa penghargaan film yang diperoleh :
2012 : KOFRA Film Awards sebagai Best Film.
2012 : Udine Far East Film Festival.
2012 : Black Dragon Audience Award.
Bahkan kabarnya, Presiden Korea Selatan pada tahun itu menonton Film Silenced juga. Mari kita bersama menjaga lingkungan yang sehat untuk bertumbuhnya anak-anak bangsa.
Tema 1 : challenge tulisan mengenai Empati
dari grup WB.
화이팅!
Hwaiting!
With love,
Duh mau nangis membacanya. Gi** ya, yang difilmkan hanya seperempat dari kejadian sebenarnya, dan membaca review-nya saja rasanya sedih sekali. Bagaimana anak2 yang mengalami dan orang tua mereka? Ya Allah, merinding.
ReplyDeleteKupilir film ini potret relita di mana-mana ya Mbak Len. ALhamdulillah ada seseorang berhati tulus yang membongkar kejadian mengerikan di sekolah itu ya.
Deleteaduhh bacanya jadi mencekam
ReplyDeletepasti penuh air mata nontonnya
aku nggak brani nonton film seperti ini
based on true story lagi
Mbak aku gak tega baca sinopsisnya, maafkeun ya. Takut nanti kebayang-bayang gitu. Wes deh, kalau film2 yg ada hubungannya dengan anak-anak gini aku gak berani nonton. Kasihan...
ReplyDeleteBanyak film korea yang berdasarkan kisah nyata ya..
ReplyDeleteBila jenis film seperti ini dibuat di Indonesia, sepertinya akan memicu banyak perbedaan ya..
Ya Allah rasanya kok tersayat sayat gituu bacanya.. Mohon maaf setelah baca review ini saya tidak berniat nonton heu.. mohon maaf daku baperan orangnya :D
ReplyDeletenonton film yang berdasarkan kisah nyata itu selalu terasa gimana pedihnya saat kejadian dan gak kebayang gimana kalo mengalaminya, aku pasti mewek parah sih
ReplyDeleteWah ada Gong Yo pemerannya. Guru seperti ini harus paham & sabar banget ya sambil mencari tahu cara mengajar yang tepat untuk mereka apalagi mereka sudah mengalami kelumpuhan lama. Aku jadi makin penasaran nih ada apa sih di sekolah Gwangju
ReplyDeleteWoh, jadi penasaran sama film Silenced ini, ceritanya menarik. Apa nanti coba ke Yutub Hansol ya. Soalnya aku belum tahu kasusnya kaya apa
ReplyDeleteaku udah nonton teh, dan emosi pas nonton, misuh2 mulu bawaannya, gila ya ada orang sejahat itu berkumpul jadi satu :( yang kepala sekolah tukang melecehkan, wali kelasnya tukang aniaya, guru2nya diem aja :(
ReplyDeleteHiks, dari awal baca aja sebenernya ga mau baca, soalnya hawa2nya film ini sangat menyentuh, apalagi merasa punya anak, bakalan terharu biru.
ReplyDeleteSalut sama sutradaranya, yang mengangkat kisah nyata ini, sangat layak mendapatkan award, emang menyentuh ceritanya dan keren banget.
Nah harusnya kalau pun mau nonton, film-film seperti ini yang kita tonton ya Teh, yg syarat dengan kebaikan dan contoh kepada kita bukan tentang percintaan dgn gaya bebas yg akhirnya memberi contoh ketidakbaikan kepada generasi muda kita.... hehe....Bravo ..
ReplyDeleteWalau seperti kelam, filmnya mengajarkan banyak sekali nilai ya Mbak Ida.
DeleteWah, film ini mengangkat 1/4 dari fakta aslinya. Widih, berarti lebih serem aslinya dong yaa.. Tapi film seperti ini menurutku inspiratif & edukatif bagi kita semua, karena pelaku kekerasan ternyata justru adalah orang-orang 'dekat'. Jadi kita harus waspada ya kan.
ReplyDeleteDuuuuh, aku baca artikelnya aja deg-degan. Mau scroll ke bawah, endingnya gimana, ga jadi. Baca aja semuanya, tapi jadi miris, pas tahu, endingnya engga sebanding banget ama perilaku mereka. Hukumannya ringan banget...Sedih...Kayaknya aku engga berani nih nonton filmnya...
ReplyDeleteduuh baca sinopisisnya aku ngiluu teh...
ReplyDeleteya Allah sedihnyaa...
apalagi kalau ternyata film ini hanya menggambarkan sepersekian dr kejadian aslinya.
ya Allah apa kabar 2anak2 gak berdosa itu...
Baca sinopsisnya aja deg2an mba....Aku pernah baca kalau film ini yang bikin Gong Yoo mau jadi duta UNICEF.
ReplyDeleteHuaaa.. Nangis... Kebetulan skenario yang baru selesai kutulis yaitu Suami Akhir Pekan juga menyinggung soal depresi anak. Berdasarkan kisah nyata dan hiks... cuma diungkapkan sebagian kecil.
ReplyDeleteMbak, kalau ngomongin soal anak-anak aku tuh selalu sedih membayangkan mereka seperti ini. Kalau film aku ndak berani nonton, biasanya baca aja. Daku sepakat sama Mbak, bahwa kita harus peduli, bahwa siapapun anak yg ada di dekat kita, adalah anak kita walau tak lahir dari diri kita. Permasalahan sexual harrasment ini memang bagai gunung es, dan memang tak mudah. Salut banget bagi para teman-teman aktivis dalam hal ini. Semoga Allah menjaga anak-anak kita, amiin. (daku jadi menangis Mbak).
ReplyDeleteGong yoo nih kalau milih peran bagus-bagus dooong.. keren banget dia. Termasuk film ini, sedih bacanya. Jujur saya ga berani nonton kalau berhubungan sama hal-hal yang begini, agak tergoda waktu bahas Hansol, jd pengen nonton videonya Hansol, tapi galau, takut nangis sumpah. *Anaknya mewekan.. huhu
ReplyDeleteLama-lama saya suka nih lihat mukanya Gong Yoo. Tapi, ini filmnya serem, ya? Duuuhhh jadi bikin saya galau. Pengen lihat Gong Yoo, tapi gak mau takut nontonnya hahhaa
ReplyDeleteGong Yoo daebaakkk!
ReplyDeleteDoi inspiring banget yhaa
Makin hepi dah kalo aktor/aktris KorSel bisa berkiprah seperti Gong Yoo ini
kalo Gong Yoo tuh selalu bagus gak sii film atau dramanyaa haha suka banget ama aktingnya, selalu keren dan total
ReplyDeletesedih juga ya baca ceritanya. mba lendy memaparkannya dengan sangat jelas dan lengkap.
ReplyDeleteGong yoo perannya juga bagus ya mba....jadi penasaran sama filmnya
Sudah lama penasaran dengan film ini tapi rasanya belum siap untuk nontonnya, baca ini saja pengen nangis rasanya, apalagi habis lihat berita balita tewas dianiaya ortu angkatnya di Korea Mak, sediiih...
ReplyDeletebaca reviewnya mencekam banget
ReplyDeletemau nonton kok ya maju mundur
tapi ada gong yoo, kan aku jadi penasaran lihat aktingnya
duh nonton g yaaa
Aku paling gak kuat nonton film sedih, teh. entah kenapa ya, baca sinopsis dari tulisanmu aja aku sedih dan ngebayangin anak-anakku. Emang butuh banget anak dibekali dengan bagaimana cara menghandle saat anak menghadapai masalah.
ReplyDeleteBaca artikelnya aja sudah seru apalagi nontonnya nih. Ngebayangin seseram itukah kehidupan anak-anak di sekolah Patut dijadikan pelajaran ya.
ReplyDeleteFilm ini based on true story ya. Suka liat kerja barengnya Gong Yoo dan Jung Yumi. Mereka kalau main kemistrinya bagus banget. Emosinya bagus banget. Mereka sering banget ya main film bareng. Ini film memang rame banget dibahas di dunia maya karena based on true story itu. Mudah-mudahan ini mengangkat awareness kita terhadap kasus kekerasan seksual yang juga kerap terjadi di Indonesia.
ReplyDeleteWhat..yang difilmkan ini hanya seperempat dari kejadian asli hiiiii...ngeri banget bayangin anak-anak yang tak berdosa harusnya mendapatkan pendidikan di sekolah dengan perlakuan baik sperti pada umumnya malah disiksa. Beneran sebuah keberanian dari sineasnya untuk memvisualisasikan kisah nyatanya. Bisa diambil lesson learned oleh semua pihak ini
ReplyDeletedari judul filmnya ini kayaknya emang jalan ceritanya agak sedih gitu aku kayaknya kalau nonton film yang sedih-sedih itu jadi kadang suka ikutan sedih
ReplyDeleteHuhuhu baca sinopsisnya aja ngilu...tema kekerasan pada anak ga berani nonton sy. Mending tembak2kan aja kayaknya tp dewasa . Klo film anak tema spt itu suka kepikiran dan nontonnya tergidik2 gmn gitu
ReplyDeleteBaca reviewnya aja aku udah ngeras jedag jedug gak karuan, ngenes. Asli, saya gak sanggup nonton yang penuh kekerasan pada anak. Ngelu, Mbak. :(((
ReplyDeleteSama Mbak, akupun gak ada nyali untuk menonton film tentang kekerasan. Apalagi kekerasan terhadap anak-anak. Ngebayangin yang ndak-ndak. Tapi sejujurnya kita butuh juga bahan untuk lebih membekali diri dan anak-anak. Setelah nonton, pasti punya banyak insight gitu untuk emmbekali anak-anak, jika demikian jika demikian gitu ya
Deleteini tuh sebenarnya menceritakan realita disini juga ya teh, karena di Indonesia pun masih ada yang beginikan . Sedih bacanya, ini aku pengen nonton tapi masih takut tapi penasaran. Gimanalah ini coba.
ReplyDeleteterharu banget Mbak baca review dari drakor biasanya aku suka skip tapi ini keren abis alur ceritanya apalagi diangkat dari cerita realita
ReplyDeleteAku yang nonton ae gemess
ReplyDeleteKok ya ada orang setega itu
Entah dimana akal pikiran mereka
Ratignya juga lumayan ya ini film
Duu bacanya merinding gemes sebel jadi pengen lihat filmnya dan whats itu cuma 1/4 nya huhuhu
ReplyDeleteSedih banget apalagi alm ayah guru di sekolah berkebutuhan khusus jadi kami dari kecil sering bermain dan bersahabat dengan teman teman difable 😭
Ah sebel deh kalau ada putusan pengadilan yang malah memenangkan pelakunya. Kejahatan seperti ini sungguh mengusik naluri kemanusiaan, Len
ReplyDeleteWah mba, paaas banget aku kepo tapi ngeri mau nonton film ini. Kabarnya si aktor sendiri yang mau ini film difilmkan ya. Mau nonton tapi takut terbayang ga bisa tidur hihihi
ReplyDeleteAku suka film yang bikin haru biru gini. Jadi pengen nonton setelah baca sinopsisnya, Teh. Habis nonton pasti kebaea tidur nih
ReplyDeleteAku nonton ini pasti nangis Uni, aku belum nonton. Ntar ah download kalau udah selo.
ReplyDeleteMakasih rekomendasinya uni
ya Allah sedih bnaget deh kalau kenyataannya gimana itu, ini cuma seperempat dari aslinya. kasian udah anak2nya seperti itu disiksa hingga dilecehkan... bisa berderai2 air mata dah in inontonnya mbak lendy.
ReplyDeleteCeritanya sedih banget ya mbak, apalagi ini terjadi di dunia pendidikan yang seharusnya memberikan contoh dalam berperilaku yang baik. Gak bisa membayangkan, bagaimana traumanya sang anak menghadapi teror itu. Jadi penasaran pengin nonton juga.
ReplyDeleteNgilu banget saya membacanya. Rasanya saya gak akan sanggup nonton film ini. Salut deh buat temen-temen yang betah nonton...
ReplyDeleteYa ampun mbak lend, aku bacanya sambil deg-degan dan geleng-geleng kepala, sesekali berujar "kok tega banget itu para oknum pendidikan". Asli, aku kalau nonton film ini ingin ku berkata kasar, huaaaaaaaaaaaa. Guru yang harusnya jadi panutan jadi seperti itu, parahnya kebangetan, Na'udzubillahimindzalik. Dah sepertinya stop ditulisan mbak lend aja ini, aku kalau nonton pasti kemana-mana fikiranku,huhu
ReplyDeleteHuuhu...aku mau nonton tapi takut berasa gak tega gitu ya..Apalagi ini kan kisah nyata ya.. Serem juga bayanginnya...
ReplyDeleteoppaaaaa tapi filmnya sedih ya :( ga berani nonton beneran wkwkwk nonton gong yoo yang lucu2 aja dah aku
ReplyDelete