Mengasuh Kakek Nenek di Era Covid-19
Bismillah,
Apakah sama?
Saat Umar bin Khattab merasa marah, ia akan segera ke kamar mandi untuk berkumur-kumur.
Setelah kita beres dengan urusan dalam diri kita, maka langkah selanjutnya adalah take action.
with love,
Holaaa sahabat lendyagasshi...
Sudah lama sekali yaa...blog lendyagasshi gak ngomongin masalah pengasuhan. Kali ini aku mau bikin resume dari kelas zoom Rumah Keluarga Risman yang diadakan hari Sabtu, 9 Mei 2020 kemarin.
Tema besarnya adalah
Mengasuh Kakek Nenek di Era Covid-19.
Apa yang ada di bayangan sahabat lendyagasshi?
Di bayangan aku ketika tema ini dilemparkan adalah bagaimana menyatukan pendapat mengenai pengasuhan kepada cucu. Jadi fokusnya tetap ke anak-anak kita juga.
Ternyata setelah diskusi sama temen-temen blogger di grup Ijoeks, judulnya menyiratkan kalau fokusnya ke orangtua kita. Bagaimana berkomunikasi yang baik dan benar dengan orangtua, bukan dengan anak-anak.
Sebelum masuk ke tema besarnya, Ibu Elly menanyakan kepada peserta bahwa kita termasuk tipe orangtua yang mana?
1. Ayah dan Bunda bekerja
2. Hanya Ayah yang bekerja dan Ibu di rumah
3. Pasangan suami-istri yang tidak tinggal bersama (LDR : Long Distance Marriage)
4. Single-parent
5. Ayah dan Bunda yang bekerja dari rumah
Lalu tuliskan masih memiliki orangtua kandung (Ibu dan Ayah) atau salah satunya dan masih memiliki Mama-Papa mertua atau tidak?
Apakah tinggal satu rumah atau tidak?
Dan terakhir, tuliskan masalah utama yang dihadapi saat ini - sejak masa pandemi atau sebelum masa pandemi.
Setelah tahu masalahnya, Ibu Elly menggambarkan bahwa perasaan kita itu seperti sandwich. Tahu kan sandwich? Roti berlapis dengan berbagai isian di dalamnya. Mulai dari daging, sayuran, acar hingga telur, dan lain-lain. Nah...kira-kira begitu jugalah Bu Elly menggambarkan perasaan kita saat ini. Saat harus tinggal bersama kedua orangtua, gak boleh pergi kemanapun dan serba terbatas ruang, gerak dan waktu.
Aktivitas harian yang dijalani saat ini hanya anak-anak, suami dan bila tinggal bersama orangtua, ya...harus membersamai orangtua juga. Lalu masalahnya dimana?
Dari mulai tidak bisa membagi waktu, bingung, takut dan akhirnya berujung pada stress.
Solusi
Ambil kertas kosong, lalu bagi empat secara simetris. Isilah :
Kolom 1 : Menamakan perasaan/ jenis emosi yang dirasakan
(misal : sedih, bingung, marah, bingung, takut)
Kolom 2 : Perasaan yang sudah ditulis di kolom sebelumnya, diberi score (scoring)
(misal : marah, score : 8 ; sedih, score : 7, dan lain-lain)
(misal : marah, score : 8 ; sedih, score : 7, dan lain-lain)
Kolom 3 : Reaksi orang-orang di sekitar kita mengenai perilaku kita saat mengalami perasaan-perasaan tersebut
(tidak nyaman, menjadi tidak kondusif, anak menjadi rewel, dan lain-lain)
Kolom 4 : Cari tahu penyebabnya, mengapa kita terpicu memiliki perasaan-perasaan tersebut
Dari kolom-kolom ini, kita bisa memahami, apa yang tubuh kita butuhkan dan perilaku apa yang kita harapkan dari lingkungan. Perlahan kita mohonkan pada Allah di tiap-tiap sholat malam kita setelah berdzikir bahwa tolong hilangkan perasaan-perasaan negatif yang dirasakan, sambil memegang bagian tubuh yang terasa berat. Karena di situlah letak "beban" masalah selama ini, yang menjadi pemicu kalau kita mendadak pusing, gerd atau symptomps lainnya.
Sadari bahwa orangtua kita dulu mengasuh juga dari ilmu pengasuhan kedua orangtuanya terdahulu dan sudah berapa banyak luka yang telah diturunkan turun-temurun?
Akankah kita melakukan hal yang sama untuk anak-anak kita?
Bila tidak mau, maka lakukan beberapa hal ini untuk melepaskan semua beban berat tersebut.
Maafkan kedua orangtua
Dengan memaafkan apa yang sudah dilakukan kedua orangtua, hati kita menjadi lega dan tanpa beban. Lalu, doakan kepada Allah, mohon ampunkan apa yang sudah dilakukan kedua orangtua dengan sebaik-baik doa (tawakkal).Berusaha memahami bahwa yang dilakukan kedua orangtua kita itu karena sayang
Atas nama sayang, seringkali cara yang dilakukan kurang tepat, namun tujuannya agar anak menjadi lebih baik. Tak jarang, tuntutan orangtua terhadap anak menjadi tinggi dan membuat anak terbebani. Bila perasaan marah dan kesal muncul, cobalah untuk relaksasi, membayangkan tempat-tempat yang indah. Lihat betapa kecilnya manusia di hadapan Allah juga makin menyadari bahwa masalah yang kita hadapi ini belum seberapa dari masalah yang dihadapi orang lain.
Baca juga
Tips Meredakan Amarah
Munculkan rasa cinta kepada Allah
Ini artinya adalah untuk selalu dekat dengan Allah. Barangsiapa yang dekat dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki semua hubungan kita terhadap sesama.
Ridlo menerima segala yang telah terjadi
Dengan kita ridlo dengan apa yang sudah kita lalui selama ini, dengan luka-luka pengasuhan yang terjadi di masa lalu, maka beban berat itu akan semakin ringan.Menghilangkan tanda marah
Bila sudah ada tanda-tanda bahwa kita akan marah, seperti mata merah, otot tegang atau perasaan ingin berteriak, segeralah ambil air wudlu. Karena marah itu panas, panas itu syaithan dan satu-satu obatnya adalah lawannya, yakni air.
Apabila muncul perasaan negatif, maka tataplah langit
Bayangkan pahala dan katakan bahwa "Ya Allah..mudahkan, ringankan dari masalah."Saat Umar bin Khattab merasa marah, ia akan segera ke kamar mandi untuk berkumur-kumur.
Pesan Bunda Elly :
Selesaikan dahulu urusan kita untuk memperbaiki hubungan kita dengan orangtua
Target healing :
Rela dengan apa yang telah terjadi dan meminta kepada Allah untuk melepaskan semua masalah agar surga menanti kita, nantinya.
In syaa Allah~
Setelah kita beres dengan urusan dalam diri kita, maka langkah selanjutnya adalah take action.
5 hal yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki hubungan anak dengan orangtua :
Cukupkan waktu dan perhatian serta kasih sayang kita kepada orangtua
Coba tanya ke dalam diri sendiri. Hal apa yang sudah kita lakukan agar kedua orangtua bahagia saat bersama kita. Pernahkah kita meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol?
Makan bersama?
Maka lakukanlah. Layani kedua orangtuamu saat masih ada. Beberapa contoh hal yang bisa dikerjakan bersama orangtua.
Secara Spiritual : Mengantar orangtua ke tempat pengajian
Secara Fisik : Jangan malu untuk memberikan pelukan dan ciuman
Secara Kesehatan : Memijat; antar orangtua check-up ke dokter
Secara Sosial : Antar orangtua arisan atau sekedar bertemu dengan sahabat-sahabatnya.
Pahami bahwa orangtua mengalami perubahan
Perubahan tersebut terjadi secara fisik, hormonal dan spiritual.
Perubahan Fisik : muncul kerutan di mana-mana, kulit mulai menggelambir dan badan tidak lagi kuat seperti dulu.
Perubahan Hormonal : karena orangtua mengalami masa menopause, segala hormon yang tadinya bekerja rutin, maka di masa ini mengalami penurunan fungsi, sehingga menjadi mudah marah, lupa dan perasaan gak nyaman lainnya.
Perubahan Spiritual : biasanya orangtua menginjak usia 40 tahun ke atas akan semakin mengingat Allah, sehingga akan sering datang ke tempat-tempat pengajian.
Banyak mendengar orangtua
Ketika orangtua sudah sepuh, tak jarang hanya butuh di dengar segala keluh kesah bahkan cerita mengenai masa lalu. Tidak perlu komentar macam-macam atau sesekali bilang "Menarik sekali...kok adik gak tahu cerita tentang itu, Bu..?"
Tebak perasaan
Persis seperti saat membersamai anak-anak kita yaa... Hal pertama yang harus dilakukan adalah menebak perasaan - baca bahasa tubuh - namakan : "Bapak/Ibu sedang bingung yaa...?"
Setelah kita menanyakan perasaan, salah tidak apa-apa, karena yang punya perasaan yang akan membetulkan.
"Engga...Bapak hanya sedang capek."
Rendahkan diri dan lembutkan suara
Masalah tone suara ini berlaku ke semua orang yaa.. Sama orangtua terutama. Kaji kembali mengenai qaulan dalam Al-Qur'an.
Terakhir,
Selalu mendoakan kedua orangtua, karena doa anak-anak sholih akan menjadi penolong di akhirat kelak.
Siap untuk berubah yaa...sahabat lendyagasshi.
Pesan Bunda Elly Risman :
Jangan suruh anak-anak sibuk dengan belajar, belajar, les dan les.
Karena yang diperlukan dalam hidup adalah life-skill. Menyayangi orangtua, adik/kaka, kake-nenek.
Jadilah lebih banyak mendengar daripada berbicara
Karena mendengar adalah salah satu cara oranglain mengalirkan masalah. Seperti kepada orangtua, orangtua hanya butuh mengalirkan perasaan.
Karena mendengar adalah salah satu cara oranglain mengalirkan masalah. Seperti kepada orangtua, orangtua hanya butuh mengalirkan perasaan.
Jadilah cermin yang memantulkan perasaan
Sama seerti hal di atas. Pantulkan kembali perasaan kedua orangtua kita yang membutuhkan tempat untuk menumpahkan segala masalah.
Challenge Day 15 BPN :
"Puasa di Masa Covid-19"
with love,
Saya juga tinggal dekat ortu dan anak2 jadi dekat banget dg kakek neneknya dan bersyukur saya diberikan ortu yang support banget jadi malah happy tinggal dekat mereka.
ReplyDeleteOrtu tinggal ibu saya. Itupun di Jogja sama adik. Alhamdulillaah ada adik sekeluarga yg nemani ibu.
ReplyDeleteSaya cuma bisa mendoakan.
Bahasan yg bagus banget ini. Jarang yg ngomongin ini. Tfs, mbak.
terima kasih sharingnya mbak. Sangat bermanfaat. jadi mengingatkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan ortu termasuk di masa pandemi
ReplyDeleteOrtuku di kota sebelah. Meski dekat, nggak bisa kesana karena kebijakan kota yg beda. Maret bapakku sempat diopname, aku nggak bisa nengok, jadi ibuku dibantu satpam kompleks. Makanya aku sering marah di medsos kalau ada yg seenak sendiri selama pandemi sebagai pelampiasan aku nggak bisa jenguk ortu disaat seperti itu. Sekarang beliau sudah sehat tapi kalau kenalan atau teman yang seenaknya sendiri pasti langsung aku unfriend daripada aku selalu diliputi kemarahan. Semoga Allah memberi jalan & rejeki agar aku bisa membantu ortu.
ReplyDeletenggak cuma anak anak yang pastinya bosen ketika harus dirumah aja seperti sekarang yaaa, yang sepuh juga pasti bosen karena nggak bisa keluar bahkan jalan jalan ke taman huhu
ReplyDeletemakasih banget mba materinya, ya alloh iya kadang kurang sabar menghadapi orang tua, pdahal orang tua kita udah berubh banyak, dr segi fisik, hormon, dll
ReplyDeleteBener teh, ngadepin ortu tu harus lebih sabar ya drpd sama anak 🤣 bagian mendengarkan itu yg agak sulit buat org ga sabaran krn biasanya ceritanya diulang2 terus
ReplyDeleteMakasih Lendy, artikelnya nyes banget deh, aku pun sekarang tinggal sama mamah, dan kadang ebrasa di tengah-tengah nesti nyenengin ortu, melayani suami, dan mendidik anak, kadang berasa kewalahan dengan semua tuntutan itu
ReplyDeleteMasyaallah makasih loh mba Lendy sharingnya. Ini jadi note to self banget gimana caranya biar bisa mengendalikan diri, amarah, dan emosi, khususnya di tengah pandemi kayak sekarang ini.
ReplyDeleteMeteri dan pesan dari Bu Elly Risman sangat bermanfaat, terlebih dengan keadaan saat ini yang relevan. Terlebih banyak waktu bersama keluarga di rumah pada masa pandemi.
ReplyDeleteMemang dibutuhkan ekstra perhatian dan juga kesabaran dalam merawat orang yang lebih tua, apalagi kakek dan nenek kita.
ReplyDeleteBersyukur masih diberikan kesempatan untuk berbakti kepada mereka
Masih memiliki orang tua lengkap adalah menyenangkan, apalagi bisa mengasuh dan menemani mereka di hari tua mbak. Semoga sebagai anak dan cucu, kita terus berbakti kepada mereka.
ReplyDeletemenjaga dan merawat lansia bukan perkara mudah, selain sudah menurun fungsi fisik juga penurunan fungsi psikologis.
ReplyDeleteKita harus ekstra membuat orang tua nyaman dan mood mereka juga baik
Mewek bacanyaaaaa huhuhu.
ReplyDeleteMasha Allah, saya ingin mencintai Allah, agar semua jadi lebih mudah.
Melakukan semua demi cinta saya kepadaNya, merayu Allah untuk selalu ada untuk saya hiks.
Terimakasih sharingnya Mba, means a lot banget buat saya hiks
aku pernah tinggal dengan kakek nenek mba dan memang banyak suka dukanya. Tapi setelah aku sering tinggal jauh bangeet dari keluarga, merekalah yang paling kita rindukan
ReplyDeleteAku tinggal sama kakek dan nenek dari kecil ampe SD. Trus anak2nya malah pada sebel ma mereka. Setelah ku dewasa, belajar dari pengalaman aku ga boleh seperti bibi sama pamanku.
ReplyDeleteJadinya sebagai cucu kesayangnnya sampe meninggal mbah, aku tungguin lloh dan meninggal dipelukanku setelah ku pulang kerja.
Bener2 harus memaklumi, dan sekarang Mamaku yang suka "menggoda" ya sudah natap ke langit aja, pannjatkan doaa. Toh nanti pun kita bakalan menjadi orang tua, sebisa mungkin ga ngerepotin anak2nya.
Aku juga sebisa mungkin video call sama nenek aku selama pandemi ini. Selain sedih kaena nggak bisa mudik, aku jg kangen banget sama nenek. Huhuuu. Usianya sudah hampir 80th, dan di rumah hanya mau dirawat sama ibu. Kadang kasihan liat ibu merasa sedikit lelah tp masih terlihat i'm okay.. Ya, sebenernya kita jg sama2 belajar sih, ternyata begini ya cara merawat orang tua, yang kadang benar jg kata orang2, kalo semakin berumur orang tua kita, kadang sikapnya berubah menjadi seperti anak2 lagi. Huhu, aku jd kangen nenek ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteJadi ingat cerita seorang anak yang harus menerima kenyataan dimana ibunya tidak bisa pulang ke rumahnya di kampung gara2 Corona. Si ibu akhirnya seperti parno duluan ketika melihat semakin bertambahnya pasien terdampak Corona. Ibu jadi protektif si anak jadi gak betah di rumah...tapi kenyataannya kita semua harus di rumah saja... akhirnya berujung stres...kasihan kalau kayak gini ya...ada baiknya menerapkan tips yang sudah ditulis mbak lendy...agar kedua belah pihak bisa sama-sama menerima bahkan di anak akan berdamai dengan hati dan keadaan saat harus bersama ibunya dalam waktu yang lebih lama.
ReplyDeleteMasya Allah ilmunya berharga banget ini karena orang tua kan termasuk kelompok rentan yang berisiko kena COVID-19. Alhamdulillah ya kalo masih punya orang tua yg sehat, kita masih bisa membahagiakan beliau dan meminta doa padanya
ReplyDeleteAku gak tinggal sama orangtua, walaupun cuma 1 jam-an tetep ga bisa ketemu untungnya ngerti. Namanya orangtua bener banget udah mengalami perubahan jadi kitanya yang harus sabar ya
ReplyDeleteKondisi kayak gini bikin dilema mba. Mertuaku sakit dan dirawat. Tapi mau pulang kampung tak bisa :(
ReplyDeleteAiihh... jadi pengin peluk ibuku nih. Selama ini masih banyak kekuranganku ketika membersamai beliau. Harus melatih banyak kesabaran dan melembutkan sikap ya kepada orangtua.
ReplyDeleteMasyaAllah lengkap banget mbak Lend, walaupun belum merasakan tapi suatu saat aku akan ada di fase ini untuk menjaga ortuku yang sudah sepuh
ReplyDeleteKebetulan saya tinggal masih Bersama orang tua dan mertua. Gantian karena rumah berdekatan. Selama ini sih aman-aman dan malah menyenangkan karena malah bisa gentian jagain anak saya hihi.. Tapi memang selalu ada masalah yg mungkin muncul, tapi itu bisa dilewati dengan komunikasi yang baik
ReplyDeleteaku jadi keinget kakungku di blitar mbak, beliau ini sendirian. nanti pas lebaran juga beliau rela anak2 dan cucunya nggak pulang. yang bikin aku terharu, permintaan itu datang dari beliau sendiri. aku jadi trenyuh dan sebetulnya gak tega..
ReplyDeletewaa aku belum ngalamin iniii hehehe, bermanfaat banget ini info dan tips nya niiih, maaciiiw, bisa buat bekel nanti kalo pas ngalamin
ReplyDeleteHubungan orangtua dan anak memang selalu banyak ceritanya ya, kdang sebagai seorang anak merasa tak adil dan lain2 padahal masing2 memang hidup di era yang berbeda. Maka dengan komunikasi yang bagus serta usaha dan doa kepada Allah lah semoga bisa menjadi jawabannya
ReplyDeleteKok jadi penhen pulang yaa ke rumah ibuku. :(
ReplyDelete. semoga berkah yaa mbak lendy sayang
Artikelnya bermanfaat banget mbak. Kadangkala perasaan gini ini emang umum ya terjadi, dan memang sbg anak kita harus bener2 sadar bahwa sebetulnya mereka, ortu kita sayang. Luv, barakallahu mbak
ReplyDeleteWalau jarang seorang cucu bisa mengasuh kakek nenek karena masih kecil dan ketika dewasa kakek nenek biasanya sudah meninggal, tapi memang ini penting, untuk anak dari orang tua yang lanjut usia, perlu banget untuk merawat sebagai pengganti dulu kita dirawat sejak kecil. Dan ini ga tergantikan
ReplyDeleteAku juga papa di rumah sudah usia 70 tahun sangat parno sekali terhadap wabah pandemi covid19 ini. Pokoknya semua pintu rumah dan jendela ditutup rapat-rapat supaya corona tidak masuk katanya. Tapi yang namanya pengertian orangtua kan kita tetap maklumi.
ReplyDeleteMba Lendy, to be honest aku nangis baca artikelnya, ingat sama ibu di rumah, di masa pandemi ini aku ga ada disampingnya, harusnya aku nemenin beliau, tapi karena kondisi ga bisa pulang jadilah jauh-jauhan, ingat juga aku sama mereka sering berdebat kalau ada yang ga sepakat merasa menyesal, semoga orang tua kita diberikan kesehatan ya mba dan pandemi ini segera selesai biar kita segera bertemu dengan mereka, menyenangkan mereka
ReplyDeleteMakasih sharingnya kak. Dengan ini kita bisa belajar untuk lebih memahami orangtua yang makin sepuh
ReplyDeleteMembaca perasaan orangtua lebih sulit daripada anak-anak. Kalau sama orangtua kita mesti hormat dan tidak bisa memaksa kalau sama anak khan bisa terus ditanya apa keinginanannya, gimana perasaannya, tantangannya lebih sulit kalau kata saya mah
ReplyDeleteHuhuhu sayangnya aku sudah engga punya kakek-nenek dari kedua belah pihak, tapi mami ku sekarang yang jadi Omma, alhamdulillah anak-anak dan cucunya perhatian, selalu dapet kiriman makanan mami hehe
ReplyDeleteJadi kangen bapak di makassar untungnya kakak-kakaku banyak disana tapi dia sendiri tinggal dirumah.. beruntung banget ketika masa pandemi ini kita tinggal berdekatan sama orangtua, waktunya untuk kita memanen pahala, Masyaa Allah..
ReplyDeleteSuddenly kangen mamaku kak di Sumatra, hope masa covid 19 segera berlalu, pengen banget mudik ke SUmatra
ReplyDeleteKalau tinggal serumah pasti gogodana aya wae ya teh disitulah letak ujian bgmn anak beradab ke ortu...terjadi.banget waktu itu pernah tinggal.bareng mertua hehehe
ReplyDeleteTerima kasih teh buat remindernya. Orangtuaku pun nggak sempurna, pasti ada aja yang bikin jengkel karena selalu merasa benar. Dan aku gamau nanti kayak gini ke anak aku.
ReplyDeleteSekarang aku lebih banyak memaklumi dengan sifat-sifat mereka yang ajaib. Sambil banyakin berdoa semoga aku dikasih rejeki yang berlimpah biar bisa membahagiakan ortu.
Kebayang sih dari beberapa pengalaman teman-teman yang juga mengasuh kakak-neneknya disaat seperti sekarang ini. Mamahku memang kebetulan sudah 60th jadi dia memilih tidak keluar rumah sama sekali, bahkan ketika orang-orang ramai berjemur dia hanya duduk saja diteras karena takut keluar rumah.
ReplyDeleteAku ga tinggal sama ortu, jadi ga bisa ikut mengasuh. Betul banget kita harus maafkan kesalahan ortu di masa lalu ya. Setelah jadi ortu, akhirnya aku paham kenapa dulu ortu banyak membuat kesalahan.
ReplyDeleteTipsnya sangat berguna, mbak. Di masa pandemi gini, memberi pengertian kepada orang yang udah sepuh emang harus pake cara-cara khusus yaaa.
ReplyDeleteMertuaku usianya udah sepuh banget nih, mbak. Emang harus pake teknik khusus buat ngasih tau soal larangan atau hal yang harus dilakukan selama lockdown ini. Kitanya yang lebih muda harus banyak sabar.
Makasih tipsnya bunda, sangat bermanfaat baget buat para cucu yang mau ngerawat nenek
ReplyDeleteTopiknya seru ya dan jarang2 juga kan dibahas mengenai cara mengasuh orang tua. Kolom2 perasaan itu jg ternyata bisa membantu ya.
ReplyDeleteMolly baru saja menyaksikan kedua orang tua sendiri yang all out merawat kakek dan nenek. Lengkap dengan segala suka dan dukanya. Tapi sekarang nenek dan kakek udah gak ada. Semua momen pengasuhan jadi kenangan manis ayan dan mimi.
ReplyDeleteNggak bisa dipungkiri sih memang. Kadang ada saja perasaan marah pada orang tua mengenai satu kondisi yang nggak sesuai harapan.
ReplyDeleteTapi, kembali lagi berpikir. Ya sudahlah. Toh apa yang dilakukan oleh orang tua adalah demi kebaikan dan kenyamanan buah hatinya (kita ini). Terlepas dari mungkin sikap dan perilakunya yang nggak seharusnya.
Tinggal bersama orang tua (biasanya sdh Lansia) bersama keluarga inti, seringkali.memang memicu masalah, apabila setiap anggota kelg yg terlibat di dalamnya tidak bisa saling memahami. Terima kasih sharingnya kak..kurasa meski terlihat sepele, namun pola pengasuhan orang tua seperti ini pun tak kalah pentingnya utk kita ketahui..
ReplyDeleteAku kebetulan tinggal dekat dengan rumah orang tua, satu RT dan bersyukur karena bapakku yang waktu itu usianya 80 tahun lebih menurut dengan pesan kami agar jangan keluar rumah. Biasanya tiap pagi jalan-jalan keliling RT belakang kami, nyapa-nyapa tetangga gitu. Dan keinginan beliau meninggal saat jangan ada covid kok ya terwujud, Oktober 2021 Bapak meninggal tanpa sakit lama, jatuh di kamar mandi karena pembuluh darah pecah, cuma 24 jam nggak ada kami membersamainya di RS. Sekarang tinggal ibu dan ibu mertua, dan insya Allah kami senangkan hati mereka. Hanya bisa berusaha, nggak tahu apakah beliau senang dengan apa yang kami lakuakn. Yang penting nggak usah membantah kalo nggak setuju dengan pendapat mereka, dengarkan aja dan ikuti keinginannya.
ReplyDeletehiks, kenapa aku malah pengen nangis baca tulisan ini :( makasih ya len resumenya, kya reminder lagi untuk aku, aku sebagai anak dan aku sebagai orangtua. suka sekali dengan tips dan pesan2 parenting ibu elly risman, beliau menenangkan dan aplikatif apa yang disampaikan
ReplyDeletePaling suka di bagian 'selesai dulu dengan permasalahan diri, baru bisa mulai menata segala hal dengan orang tua'.
ReplyDeleteJadinya bisa bersiap dengan roller coster emosi di setiap model interaksi bersama mereka.
Semoga dimampukan menjadi pribadi yang 'selesai'. Aamiin
Wah sudah hampir 15 tahun ini belum pernah pulang dan berjumpa dengan kakek dan nenek, rasasnya rindu banget bisa ketemu dan peluk mereka.. Dulu sering banget dimandiin, disuapin waktu kecil. Mungkin akhir tahun ini bisa pulang deh.
ReplyDeleteMembaca ini langsung mewek
ReplyDeleteKarena kayaknya aku masih kurang maksimal dalam menjaga dan menemani mamaku
Sejak mama pindah dari rumah aku, aku agak jarang ketemu
Telepon juga kadang-kadang
Duh, jadi merasa durhaka
Makasih sudah menulis ini ya teh
Aku bisa tahu bagaimana cara yang tepat dalam menemani namaku
beberapa tahun lalu saya masih tinggal sama ibu sih tapi sekarang sudah pisah rumah dan ibu tinggal sama adik bungsu. kadang suka kepikiran juga soalnya adik bungsu kurang telaten anaknya. untung masih tinggal di 1 kota jadi bisa jenguk kapan saja
ReplyDelete