Membentuk Karakter Anak Sejak Dini
Bismillah,
Menurut KBBI, karakter adalah
Tips dari Bunda Eva :
1. Membangun pribadi yang menyenangkan
Bagaimana caranya?
Dengan mengenalkan anak-anak pada berbagai jenis emosi.
Emosi yang positif adalah emosi yang memiliki penyaluran yang sesuai.
Misalnya :
TIPS :
* Mengenal karakter anak
* Tidak dalam keadaan terburu-buru
* Untuk anak usia di bawah 5 tahun, bisa dijelaskan melalui kisah/dongeng
TANYA : Bagaimana bila memiliki anak yang tidak bisa diberi tahu dengan cara baik-baik?
Ia hanya mau menurut jika diberi tahu dengan suara keras.
JAWAB :
Jadi,
Mulailah berlatih menggunakan tone suara rendah saat berbicara pada anak.
Mulai dari memanggil, biasakan untuk mendatangi anak, bukan berteriak.
2. Mengajarkan kemandirian sejak dini
Ini susah-susah gampang ya...
Biasanya, orangtua sering gak tega sama anak.
Biasakan anak memahami bahwa itu bagian dari life-skill.
Tidak sedikit-sedikit membantu, menolong bahkan melayani.
3. Menyelesaikan inner-child pada diri sendiri
Bagaimana orangtua bisa mendidik anaknya bahagia, bila ia sendiri tidak bahagia?
Jadi,
Akui bahwa kita memiliki "hal-hal kekanak-kanakan" dalam diri yang harus diselesaikan.
4. Menjadi orangtua yang bisa menjadi contoh untuk anak-anak
Sebelum menginginkan anak yang sholih, maka mensholihkan diri sendiri dahulu, agar bisa menjadi suri teladan yang baik.
5. Membiasakan hal-hal baik
Serem yaa...
Iyaa...
Begitulah anak-anak. Ia tumbuh berdasarkan apa yang dilihat dan dipelajarinya. Dari orang terdekatnya, yaitu orangtua. Lalu...dari lingkungan dimana ia dibesarkan.
6. Memperbanyak senyum dan sentuhan kepada anak
Iya..
Andaikan Ibu punya banyak waktu untuk berkisah seperti di iklan sebuah produk kecantikan, seperti ini....
Dan lihaaatt doonk...
Sentuhan Ibu sejak kecil, membuat anak teringat hingga dewasa kelak~
Ingin yaa...
Diingat sebagai Ibu yang penuh kasih...
Karena ciri anak bahagia :
* Terlihat dari pancaran (cahaya) matanya dan raut wajahnya yang banyak senyum
* Anak yang bahagia itu adalah anak yang sehat
* Dan tumbuh sesuai dengan tahap perkembangannya
Salam hangat,
Refrensi :
https://www.pendidikankarakter.com
Sering gak sih...kita berharap "lebih" kepada anak-anak kita?
Yaa...iyhalaah yaa.... wong kita yang ngurus, membesarkan, memberi asupan gizi yang cukup... Masa salah kalau berharap ingin anak sholih, pintar, baik, sehat, kuat, mandiri, menjadi pribadi yang tanggung jawab, bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan yang paling penting niih...kalau sudah besar nanti, bisa punya pekerjaan bagus, yang gajinya gede.
Bener gaak..?
((angguk-angguk))
Iya banget.
Semua orangtua impiannya begitu kan yaa... sehingga, apa yang dilakukan anak, harus sesuai dengan arahan kita sebagai orangtua. Kalau salah, langsung benerin.
Caranya?
Marah.
Heeuu~
Iya banget. Ini tulisan sepenuhnya curahan hati seorang Ibu yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap anak. Lalu pernahkah kita memikirkan dari perspektif anak?
Pernahkah kita membayangkan "Apa yang dirasakan anak ketika membayangkan wajah Ibunya?"
Kebahagiaan kah?
Sejujurnya,
Aku pernah banget, guys...melewati masa-masa seperti itu. Tanpa adanya ilmu yang membimbingku menjadi seorang Ibu, jadi aku memperlakukan anak-anak persis seperti orangtuaku memperlakukanku dulu. Inilah yang disebut wiring.
Bagaimana memutus wiring ini?
Itu proses yang panjaaaang...
Dan sudah bisa dipastikan membutuhkan dukungan banyak pihak, terutama suami yang diajak bekerjasama dalam mendidik.
Bulan Januari lalu, di sekolah TK Hana, RA Permana Asih, mengadakan seminar parenting untuk orangtua siswa. Bersama Ibu Dra. Eva Delva, M. M. Pd, kami dilatih kembali untuk menjadi orangtua yang mampu membangun karakter anak sejak dini.
ka.rak.ter /karaktêr/
n sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak.
Karakter apa yang ingin kita tumbuhkan pada anak?
Tentunya, karakter yang islami dan beradab yaa...
Tips dari Bunda Eva :
1. Membangun pribadi yang menyenangkan
Bagaimana caranya?
Dengan mengenalkan anak-anak pada berbagai jenis emosi.
Emosi yang positif adalah emosi yang memiliki penyaluran yang sesuai.
Misalnya :
Anak : "Aku sedang kesel, Ma..."
((Arahkan agar anak bercerita, mengapa ia kesal, agar mudah membuatkan saluran emosinya))
Orangtua : "Kesal kenapa?"
((Menjadi pendengar aktif dan menanyakan hal-hal yang netral. Dan tidak memberi nasihat dahulu. Karena sebenarnya, anak-anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri))
Anak : "Sama si A, Ma..."
Orangtua : "Oh...si A bikin kamu gak nyaman yaa...?
Iya iih, kak...kesel banget yaa...kalau digituin...
Trus...trus, kaka gimana doonk..."
Anak : "Yaa...besok aku gak mau berteman lagi sama si A."
Orangtua : "Oh...kaka gak mau berteman lagi..."
Anak : "Iya Ma...
Tapi aku nanti gak punya teman yaa, Ma..."
Orangtua : "Terus...baiknya gimana yaa, kak..?"
Anak : "Ya udah deeh...Ma.
Besok aku mau ingetin si A aja...kalau dia nyebelin."
Hanya dengan berdialog kaya gini yang diperlukan anak-anak. Mereka gak perlu nasehat panjang - lebar, hanya perlu didengar dan dihargai pendapatnya.
TIPS :
* Mengenal karakter anak
* Tidak dalam keadaan terburu-buru
* Untuk anak usia di bawah 5 tahun, bisa dijelaskan melalui kisah/dongeng
TANYA : Bagaimana bila memiliki anak yang tidak bisa diberi tahu dengan cara baik-baik?
Ia hanya mau menurut jika diberi tahu dengan suara keras.
JAWAB :
Karena itu tergantung dari pembiasaan kita terhadap anak sejak kecil. Ia terlatih mendengar perintah dan perintah. Dengan suara keras pula.
Sehingga ketika suara kita lembut, terasa tidak mempan.
Sebaiknya,
Mulai merubah gaya berkomunikasi dengan anak. Karena anak yang tumbuh dengan bentakan, maka pribadinya akan penuh dengan tekanan.
Setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh.
Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak.
Dan satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga.
Sebaliknya, 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak.
Jadi,
Mulailah berlatih menggunakan tone suara rendah saat berbicara pada anak.
Mulai dari memanggil, biasakan untuk mendatangi anak, bukan berteriak.
2. Mengajarkan kemandirian sejak dini
Ini susah-susah gampang ya...
Biasanya, orangtua sering gak tega sama anak.
"Aah...kasian yaa... kaka capek baru pulang sekolah."
Biasakan anak memahami bahwa itu bagian dari life-skill.
Tidak sedikit-sedikit membantu, menolong bahkan melayani.
3. Menyelesaikan inner-child pada diri sendiri
Bagaimana orangtua bisa mendidik anaknya bahagia, bila ia sendiri tidak bahagia?
Jadi,
Akui bahwa kita memiliki "hal-hal kekanak-kanakan" dalam diri yang harus diselesaikan.
4. Menjadi orangtua yang bisa menjadi contoh untuk anak-anak
Sebelum menginginkan anak yang sholih, maka mensholihkan diri sendiri dahulu, agar bisa menjadi suri teladan yang baik.
5. Membiasakan hal-hal baik
Because Children do what children see
Serem yaa...
Iyaa...
Begitulah anak-anak. Ia tumbuh berdasarkan apa yang dilihat dan dipelajarinya. Dari orang terdekatnya, yaitu orangtua. Lalu...dari lingkungan dimana ia dibesarkan.
6. Memperbanyak senyum dan sentuhan kepada anak
Iya..
Andaikan Ibu punya banyak waktu untuk berkisah seperti di iklan sebuah produk kecantikan, seperti ini....
Dan lihaaatt doonk...
Sentuhan Ibu sejak kecil, membuat anak teringat hingga dewasa kelak~
Ingin yaa...
Diingat sebagai Ibu yang penuh kasih...
Karena ciri anak bahagia :
* Terlihat dari pancaran (cahaya) matanya dan raut wajahnya yang banyak senyum
* Anak yang bahagia itu adalah anak yang sehat
* Dan tumbuh sesuai dengan tahap perkembangannya
Gimana, sahabat lendyagasshi..?
Makin banyak PR yang harus diselesaikan yaah...sebagai orangtua...?
Semoga amanah menjadi seorang Ibu ini dapat mengantarkan kita hingga ke jannahNya kelak.
aamiin~
Salam hangat,
Refrensi :
https://www.pendidikankarakter.com
Huhuhu...aku bacanya sedih, Mbak. PRku banyak banget, tapi beruntung baca ini. Benahi pelan2, termasuk benahi diri sendiri.
ReplyDeleteItu pertanyaan yg di akhir menohok sekali mba ... hu uh ngangguk2 ... PR ku banyak. La haula walakuwata illabillah ... biar dada ga sesak dan bisa keep going with the positive vibes #duhbahasaku 😆
ReplyDeleteAku juga pernah kok sumbunya pendek hehehe tapi nyesel juga sih jadinya. Intinya kalau sama anak sabar dulu ya. Kadang anak cerita apa kita mikirnya apa, harus ditanya dulu pelan-pelang baru nyambung
ReplyDeleteBanyak ya peer orangtua.. smoga anak2 bs dididik dgn baik ya
ReplyDeletesaya sedang menghadapi anak satu2nya umur 7 tahun yang ngambekan
ReplyDeleteluar biasa ujiannya
harus ekstra sabar
padahal ga pernah dikasarin
kecuali sesekali klu udah penuh isi perut nahan sabar hahaha
tapi memang anak yang dibiasakan dengan panggilan lembut, sayang dan nama2 baik dia akan meniru
anak saya klu manggil ayahnya " sayang,..cinta..jantung hati" hahaha
terkesan lebay..tapi dia meniru saya yang bisa memanggilnya begitu
cuma PR banget nih gimana dia ga suka ngambekan
Makasih udah diingatkan lagi ya, peer banget nih mengelola emosi, kadang capek banget karena selalu kalah dengan emosi negatif
ReplyDeleteAsyik banget sharingnya mba. Btw soal ciri2 anak yang bahagia. Kadang aku suka sedih kalau jumpa anak2 di tempat umum diam merengut dgn sorot mata kayak takut. Mau bergerak aja takut.
ReplyDeleteteh, aku baca pribadi yang menyenangkan kok malah inget sama budaya kerja di kantor.
ReplyDeletememang sih, pribadi yang menyenangkan adalah koentji dalam berkomunikasi, gak hanya saat bekerja tapi juga utk keluarga
Iyaa... Dulu pas aku kecil, kalo ada yg salah, dikasih tau sama Ibu. Ngasih tau baik2, hingga aku paham. Toh aku bukannya salah, hanya saja belum tau...
ReplyDeleteSepertinya dulu aku tumbuh jadi anak yg bahagia. Terlihat dari doyan banget cerita ke Ibu dgn sorot mata yg bahagia, hohooi
Huuh, bukannya membayangkan bagaimana aku dan anakku nanti, aku malah teringat masa kecilku. Serasa ingin menangis. ;(
ReplyDeleteTips2 di atas sgt berguna bagi para orangtua yg ingin berhasil mmbentuk karakter anaknya ke arah yg lebih baik. Tak dotdisangkal, pertumbuhan psikologis anak yg baik berasal dr cara mendidik orangtuanya jg yg 'ramah' dan menyenangkan.
ReplyDeleteKenapa orang tua kadang enggak sabar sama anaknya?
ReplyDeleteJawabannya, karena orang tua nggak mau memposisikan dirinya 'jadi' anak, hehehe
Anak yang memang memahami segala sesuatu nggak segampang yang tua, yg berpengalaman
Yang mengajarkan mandiri ini yang agak tricky, karena berlawanan banget dengan rasa ingin "memanjakan" anak lah, "jangan sampe anak kayak ortu lah",.
ReplyDeleteMemahami emang agak susah sih yaaa, makanya membangun karakter anak sejak dini sangat penting. Setuju akutu!
ReplyDeleteTerimakasih Sharing nya. Aku sekarang juga banyak belajar...kalau lagi gak mood jadi gak sabar liat kelakuan anak..duh berasa jadi monster...wkwkq
ReplyDeleteHmm, aku mau coba jg mbak mengajari anak2 berbagai emosi kyk gtu thanks sharingnya.
ReplyDeleteHuhuhu sumbu pendek, aku gtu tuh kadang2.
Btw aku merasa masa kecilku pdhl bahagia aja lho, apa hrs review ya, kali ada yg tersembunyi dr inner child gtu.
Mbak itu yg chores by age ada yang versi dunludannya gtu gak ya? Pengen ngeprint buat ceklist hehe
DeleteSuka banget liat foto yang terakhir.. itu kayak si kecilku, hihihi..
ReplyDeleteIyaa makin banyak ya Mbak pe-er sebagai orang tua. Dan ya, kita emang harus sering introspeksi diri :)
Makasih tulisannya mbaa.. Ngingetin lagi untuk jadi ortu yg bisa support anak, dan menanggapi mereka selayaknya teman, tpi memimpin mereka ke jalan yg baik layaknya orang tua.
ReplyDeleteMasyaa Allah mba penyampaiannya kena' dan gampang dimengerti, banyak PR lagi buat saya sebagai IBU...
ReplyDeleteMasih belajar buat lebih sabar dan nahan emosi. Apalagi cara bicaraku emang dari sono keras. Banyak banget PR ngadepin anak lanang. Belum lagi harus menjaga kewarasan menghadapi kejenuhan IRT. Jadi si ibu emang bener sih harus bahagia dulu baru deh bisa ngurus anak dgn bahagia tanpa marah2.
ReplyDeleteternyata membangun kemandirian anak sejak kecil perlu yah kak, aku tadinya mikir 7 tahun ke atas aja baru gitu, alhamdulillah bertambah ilmu parenting saya, makasih kaka
ReplyDeleteWah materinya sangat berbobot nih Mba. Saya juga orangtua sumbu pendek nih. Harus lebih pintar lagi berkomunikasi dengan anak-anak ya.
ReplyDeleteNomor 3 dan 4 jleb banget mbak. Saya masih harus banyak belajar nih
ReplyDeleteDuuh..baca dari awal sampai akhir, makin keliatan banyaknya PR yang harus dikerjakan.
ReplyDeleteSoalnya pengen anak-anak karakternya baik dan bisa jadi anak sholeh/sholehah.
Masih berusaha banget buat memperpanjang sumbu setiap harinya. Memang bener, kita harus selesai dg diri sendiri dulu sebelum mendidik anak. Kalau masih punya ganjalan biasanya sumbu jadi gampang banget pendek heheheeh
ReplyDeleteAlhamdulillah aku selama ini berusaha bicara lembut sama anak-anak. Sepupuku kalo melihat aku marah katanya, marah kok wajahnya manis, hahahaa.
ReplyDeleteAku gak tega marah sama anak, makanya agar mereka patuh ya aku bilangin nya pelan2. Kalo salah pun, ngajakin ngomong dari hati ke hati. Nggak pakai teriakan, kasihan
Materi parenting yg bagus nih mba..komplit dan disampaikan dengan baik, infografis ya pun mudah dicerna .. TFS mba...
ReplyDeleteAku juga masih harus banyak belajar apalagi ananda sudah menginjak remaja.
ReplyDeleteSenangnya bergabung dengan WAG BW ini, banyak mendapat pencerahan...
Such a beautiful series of messages mba..menjadi ibu memang tidak mudah ya mba. Dan kita insya Allah bisa!
ReplyDeleteKarakter anakku beda2 nih yang satu pendiam yang satu aktif banget. Memang sih untuk membentuk karakter anak menjadi baik itu kita sebagai orang tua harus memberikan contoh yang baik pula.
ReplyDeletessemuanya alhamdulilah sudah aku jalankan yang belum konsisten adalah akunya sendiri yang masih ga sabar padahal Neyna si sulung masyaAlloh baik luar biasa hadepin emaknya yang tyrex ini :(
ReplyDeleteBanyak banget yang belum bisa aku terapkan daalam sehari hari mbak .Apalagi yang bicara pelan. Hiks
ReplyDeletehmm, jadi anak yang ga mempan diomongin dengan cara halus bisa jadi karena selama ini suka dibentak atau pakai nada tinggi?
ReplyDeletefor things to change, I must change first.
Bagus nih mbak Lendy tipsnya. Membantu para ibu muda. Oia mbak Lendy pernah baca buku Tarbiyatul aulad belum karyanya syeik muhamammad Suwaid. Itu bagus lo mbak. Panduan islam mendidik anak sejak dini.
ReplyDeleteJangan lupa bahagiain diri dulu krn klo kita bahagia akan lebih mudah menularkan cinta kpd anak
ReplyDeleteBaca tulisan ini, jadi semakin merasa jauh banget jadi Ibu yang baik, banyak hal-hal sederhana yang kadang terlewat atau bahkan terlalu asik dengan diri sendiri hiks.. sumbu pendek aku juga masih sering banget nih.. masih menganggap bahwa mereka mengerti, tapi kan mereka masih kecil alias masih anak-anak bukan orang dewasa hiks
ReplyDeleteYang paling berat adalah menjadi contoh yang baik buat anak-anak. Huhuhu... masih terus belajar nih. :(
ReplyDeleteBener bnget yg paling Utama sih faktor agama Dan kmandirian ya mba biar mereka strugle bisa mnghadapi khidupan kelak
ReplyDeleteKalau aku sendiri membentuk karakter anak dari paling pertama orang tuanya dulu jadi teladan...
ReplyDeleteAsik dapet ilmu keren dari Mba Lend, memebentuk karakter anak
ReplyDeleteBelajar pelan-pelan jadi ibu, hehehe makasih lho mba
Iya, makin banyak PR nih rasanya setelah baca artikel ini. Terima kasih sudah diingatkan ya Lendy. Dulu udah pernah ngerasain jadi ibu bersumbu pendek karena masih banyak hal-hal di dalam diri yang sepertinya belum selesai.
ReplyDeleteBertambahnya usia lumayan membantu untuk jadi agak sabar dikit hhihii... juga berkat artikel2 parenting dari teman2 nih. Alhamdulillah selalu ada yang menjadi bahan pengingat kalau apa yang kita tebar pada anak itulah yang nantinya akan kita tuai di surga.
Bener mbak, banyak PR untuk orang tua. Bukan cuma PR anak aja. MasyaAllah, kalau inget banyak banget yang masih kurang dalam membentuk karakter anak jadi merasa bersalah banget. Makasih mbak ulasannya
ReplyDeletePR ku masih banyak banget mbak...huhu... Susaaah banget ternyata ya untuk jadi orang tua yang positif untuk anak. Banyak teori parenting yg diketahui, tapi enggak semudah itu ternyata menerapkannya.... :(
ReplyDeleteJika karakter anak sudah terbentuk sejak dini maka pada saat dewasa semua pengaruh negatid akan tertangkis dengan sendirinya
ReplyDeleteaku merenungi banget ini
ReplyDeleteaku sebagai ibu yang suka bersuara keras dan gak sabaran
tp kalau memang saat aku bernada lembut, anak2 ku nurut emang masyaAllah
duh...videonya bagus sekali mbak, gitu ya efeknya sentuhan dans enyuman ke anak
ReplyDeletesuka deh