Mengoptimalkan Bakat Anak
Assalamu`alaykum,
Salam hangat,
Haii, mahmud cantik...
Masih semangat yaa...mendampingi dan membersamai anak? Tentu masiih doonk...karena ini adalah tugas utama dan pertama seorang Ibu di muka bumi ini. Kalau ada perasaan jenuh atau bosan, itu wajar saja. Yang penting kita mengenal diri ini dan mudah menemukan solusi atas kejenuhan yang kita alami.
Setelah beberapa kali aku mengikuti seminar mengenai Memandu dan Mengenal Bakat Anak yang disampaikan oleh salah seorang sahabat, teh Elma Fitria dan suami, kang Firman, ada rasa ketidakpercayaan diri dalam meresume materi seminar tersebut. Karena beliau dan suami adalah seorang praktisi Talents Mapping yang sudah bisa dipastikan materi yang diberikan sangat padat dan bergizi. Namun atas postingan seorang sahabat KEB dalam program #KEBloggingCollab kelompok Yohana Susana ada tulisan mengenai Anak SD Dijejali Banyak Les? yang ditulis oleh mba Hanny Nursanti, maka aku merasa pas sekali dengan materi yang sudah aku dapatkan. Tinggal menulis dan mengamalkannya niih....yang membutuhkan keistiqomahan.
Pernyataan yang paling melekat dari sebuah TV Kabel yang sering menayangkan figur seorang princess adalah "You Can Be Everything" adalah kalimat yang tidak benar kalau kita kaitkan dengan ayat Al-Qur'an surah Al-Israa : 84.
"...setiap orang akan berbuat sesuai syaakilah-nya masing-masing..."
Pertanyaan berikutnya adalah apakah syaakilah itu?
Syakilaah menurut bahasa Arab artinya adalah bentuk (shape of something; penampilan dari sesuatu atau cetakan untuk sebuah bentukan).
Namun dalam bahasa psikologi dapat juga diterjemahkan sebagai bakat atau sesuatu yang menonjol pada diri masing-masing manusia.
Bakat ini termasuk pola perilaku, cara berpikir dan merasa yang dapat digunakan secara optimal untuk melakukan aktivitas produktif.
Misalnya, dalam sebuah kelas, ada anak yang ceria dan humoris. Ia mampu membuat kelas menjadi lebih hidup karena sifatnya. Namun tak semua orang memiliki sifat ceria seperti itu. Ada pula anak yang serius. Hanya bisa bercanda di saat-saat tertentu. Maka ini yang disebut syaakilah (kekuatan atau bakat unik yang dimiliki setiap individu).
Lalu aku tiba-tiba menjadi teringat sebuah cerita tentang seekor kelinci yang sangat pandai sekali melompat berteman dengan monyet yang sangat pandai memanjat. Mereka dilatih oleh seorang trainer dan sang trainer berharap kelinci yang pandai melompat ini pintar berlari dan memanjat, sedangkan si monyet yang mahir memanjat pun sama, dilatih agar bisa berlari cepat dan melompat.
Dan bisa ditebak apa yang terjadi?
Si kelinci mungkin bisa melakukan hal yang dilatihkan oleh sang trainer, namun tidak menguasai. Sama halnya dengan si monyet. Ia pun bisa berlari, namun tidak mungkin bisa cepat. Apalagi melompat, ia akan selalu kalah dengan kelinci.
Jadi apa yang bisa kita tarik kesimpulannya dari cerita di atas?
Berikanlah anak-anak ruang dan waktu untuk mengembangkan syaakilahnya. Jangan dipaksa anak yang tidak suka pelajaran berhitung untuk pandai matematika. Karena sebenarnya ada banyak sekali bidang keahlian di dunia ini. Namun jarang kita sebut sebagai profesi.
Maka tugas kita adalah menemukan bakat kemudian misi hidup yang mulia sebagai khalifah di bumi Allah ini, sehingga kemudian orangtua mampu membantu anak-anaknya dalam menemukan misi hidup mereka.
Kalau kedua orangtuanya saja masih galau dalam menekuni misinya, bagaimana mungkin bisa membantu anak-anak dalam menemukan misi hidup mereka?
Cara untuk mengetahui bakat anak adalah dengan mendampingi dan membersamai anak di setiap aktivitas. Bukan berarti kita menjadi orangtua tipe helikopter view atau perintah sersan yaa...
Baca juga :
Resume Mendidik Dengan Cinta dan Logika
Tapi observasi ini dilakukan jangka panjang oleh kedua orangtuanya. Bukan oleh nenek-kakek bahkan pengasuh. Kenapa?
1. Karena orangtua adalah pihak pertama dalam menumbuhkan rasa percaya (self-worth), merasa dirinya berharga dan dipercaya di lingkungan yang paling ia kenal dekat.
2. Hanya orangtua yang paling mungkin memberikan ruang untuk pertumbuhan fitrah bakat anak sepanjang hidupnya.
3. Setelah memberi ruang, hanya orangtua yang mampu membimbing serta memupuk kekuatan anak dan mensiasati bakat lemahnya.
The Arief's |
Jadi sebagai orangtua, kita harus paham dulu niih...bahwa anak :
🎕Bukanlah blue-print kita.
Yang dulu cita-citanya gak tercapai siapaaa? ((langsung ngacung 😓))
Lalu dengan semena-mena kita menobatkan anak harus menjadi apa yang kita inginkan. Adil gak siih?
Yang punya cita-cita siapaa...yang disuruh berusaha siapa? Memangnya jaminan yaa...profesi tersebut membuat anak kita menjadi lebih bahagia?!
🎕Memiliki keunikannya sendiri.
Jadi kita belajar menerima, memahami, dan menghargai kesukaan anak.
Tapi value keluarga masing-masing yaa...kalau di keluarga kami, valuenya adalah sepanjang tidak melanggar syariat yang sudah diajarkan Allah melalui RosulNya.
Contohnya :
Ai (anak pertama kami) sangat menyukai aktivitas seni menggambar, maka kami membebaskan ia berekspresi. Namun seiring berjalannya waktu, kami mendapat ilmu bahwa menggambar segala jenis makhluk Allah tidak boleh dengan matanya. Karena jika ada matanya, akan dianggap menyerupai ciptaanNya, sehingga membuat malaikat tidak akan masuk ke tempat orang yang menggambar tersebut. Jika tidak ada malaikat yang turut hadir, maka hilanglah segala keberkahan.
🎕Sudah dibekali oleh fitrah yang sudah terinstal pada diri masing-masing individu.
Sehingga tugas orangtua hanyalah membantu, mendampingi dan memfasilitasi segala kegiatan anak. Memberi penguatan bahwa dalam diri anak itu terdapat kebaikan dan kebaikan itu digunakan untuk menemukan misi hidupnya.
Apa saja Fitrah Anak yang perlu ditumbuhkan?
Terdapat 6 fitrah yang harus ditumbuh kembangkan orangtua kepada anak usia dini |
Kalau sudah ketemu bakatnya mah...enak yaa...orangtua tinggal mendampingi dan memfasilitasi. Lhaa...kalau belum, bagaimana cara menemukannya?
1. Observasi
Atau biasa kita sebut dengan mengamati keseharian anak. Ia paling suka kalau sedang ngapain siih? Matanya akan berbinar saat sedang pegang apa? Melakukan permainan apa?
Karena kalau sama anak, gak mungkin doonk yaa...observasinya kaya sama orang dewasa yang isi-isi kuisioner... Pasti kita orangtua-nya lah yang harus dengan sabar mendampingi anak.
2. Interaksi
Di saat mengamati keseharian anak, apa yang kita lakukan? Pegang gadget sambil nulis status? Atau sekedar ada di samping anak saja...beres??
Engga doonk yaa, Bunda...
Kita harus main bersama, kalau perlu guling-gulingan hingga kotor-kotoran barsama... Kalau kitanya asik, maka anak akan merasa dekat dengan kedua orangtuanya. Kalau sudah dekat, maka akan lekat kemudian menjadi sahabat.
Seneng banget pastinya kalau setiap anak ada masalah atau cerita di sekolah, kita-lah orang yang pertama kali diceritain.
MashaAllah....
3. Komunikasi
Kalau sudah dekat sama anak, pastikan komunikasinya juga lancar. Sesuaikan gaya komunikasi kita dengan usia anak. Jangan samakan komunikasi anak batita dengan kakanya yang sudah 7 tahun ke atas, misalnya.... Kaka pasti tidak akan suka...begitupun sebaliknya, mengajak komunikasi si bayi imut dengan gaya bahasa orang dewasa...yang ada, pesan yang ingin kita sampaikan jelas tidak akan sampai pada si penerima pesan.
Yang ada malah miss-comm nanti....alias miss communication.
Heuu~~
4. Eksplorasi
Usia anak di bawah 7 tahun memiliki kecenderungan untuk berganti-ganti kesukaan. Hari ini teman-temannya demam sepatu roda, maka anak kita pun pasti meminta untuk dibelikan bahkan ikut les. Lalu apa yang terjadi ketika si sepatu roda sudah gak happening lagi?
Anak akan beralih ke hobi lain. Menyanyi, menari atau bahkan bermain musik?
Jadi, jangan mudah menarik kesimpulan bahwa anak kita pasti bakatnya di bidang musik, seni atau pelajaran tertentu. Karena bisa jadi itu adalah ajang ia mencoba dan merasakan dunia.
Maka, kayakanlah pengetahuan profesi atau aktivitas untuk anak di bawah usia 7 tahun. Agar ia bisa merasakan dan berubah kalau memang tidak sesuai dengan panggilan hatinya. Jika sudah 7 tahun (ke atas) sang anak masih berubah-ubah juga, maka lanjutkan untuk mengenalkan lebih banyak lagi dunia baru untuknya.
Tabel observasi untuk anak sesuai tahapan usianya |
5. Menguji
Semakin dewasa, anak akan semakin mantap menyukai suatu hal. Ciri yang paling mudahnya adalah ia tidak mudah putus asa saat melakukan hal yang ia sukai, meskipun menemui masalah.
Maka jika tanda itu sudah terlihat, orangtua dapat menarik kesimpulan "Inilah yang ia cari selama ini."
6. Dokumentasi
Ini sejenis membuat portofolio anak. Sehingga kita dapat menarik garis apabila portofolio ini sudah terkumpul dengan baik. Makanya penting banget kita menuliskan aktivitas harian anak. Kalau mau mudah, jaman sekarang ada instagram atau blog bagi yang ingin lebih private (karena gak semua orang melihat dokumentasi foto anak).
Buka juga kisah keluarga kami di lendyagasshi.wordpress.com
7. Evaluasi
Setiap kegiatan tidak harus melulu ditutup dengan evaluasi yang menegangkan. Bisa juga dibalut dengan bahasa yang fun agar anak bisa mengambil ibroh (manfaat) dari setiap kegiatan yang ia lakukan selama ini.
Langkah menemukan bakat anak |
Kesimpulannya Bakat adalah
Alami (sudah ada sejak lahir)
Permanen (tidak akan berubah-ubah) dan,
Berkembang seiring pengalaman serta pendewasaan diri.
Jangan lupa untuk merumuskan tujuan pengasuhan, agar kita bisa menentukan pula arti kata "SUKSES" versi keluarga kita masing-masing. |
Sekian resume seminar saya kali ini. In syaa Allah berkaitan dengan Talent Mapping atau Memetakan Bakat kini ada buku panduannya yang ditulis oleh Abah Rama. Akan sangat berguna kalau sahabat di sini sudah coba tes 34 bakat di web temubakat.com.
Tes ini efektif untuk anak usia 14 tahun ke atas. Karena sudah bisa diajak berpikir logically. Jadi kalau anaknya masih imut-imut, ibu sama ayahnya dulu aja yang di tes. Agar lebih yakin dengan bidang yang ditekuninya saat ini. Kalau gak sesuai gimana?
Nah ini...yang perlu di konsultasikan dengan ahlinya. Kalau di Bandung, bisa menghubungi suami teh Elma, kang Firman di media sosialnya (facebook : @muhammad Firman).
Buku Talent Mapping Abah Rama Royani (penemu dan pengembang metode Talents Mapping) |
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Kalau mama muda pembaca lendyagasshi sudah menemukan bakatnya belum? Cerita donk di kolom komentar, bagaimana bisa yakin bahwa memang bakatnya di bidang tertentu tersebut?
Haturnuhun.
Salam hangat,
Nah aku termasuk salah satu anak yg menjadi yang orang tua inginkan, huhuuu..
ReplyDeleteTapi sebagai Mama yang mengaku modern, pengalaman mengasuh anak dan melihat kesukaannya akan selalu mendukung dan mengarahkan saja.
Semoga kita menjadi ortu yang dalam prakteknya menyenangkan yaa, soalnya sekarang banyak Teori ini itu,pada pinter tapi paa kenyataannya tak sesuai harapan.
Teh Nchieee...
DeleteAku berasa dicubit.
Iya banget teh..
Yang penting mah...praktek-praktek-konsisten.
Bismillah...
Iya neh, bakat anak harus dioptimalkan, sebagi orang tua harus mendukung jangan malah ngelarang.
ReplyDeleteWah bermanfaat sekali artikelnya. Jadi nambah banyak ilmu nih. Terimakasih sudah berbagi :)
ReplyDeleteWah lend..andai sistem pendidikan kita juga mendukung anak-anak yang gak suka math yaa..tapi tetep semangat lah...😊
ReplyDeleteMantap mbak. Peran orang tua sangant penting y mbak
ReplyDeletebetul.. bakat alamiah anak berbeda tiap anak, ada yang berbakat jadi guru, tukang hitung, tukang lukis.. jangan dipaksakan belajar kimia hehehe
ReplyDeleteAhha..haa..kok tau saya lulusan Kimia??
Delete((tapi ini ga paksaan kok..milih jurusannya))
Nice post, ya Mba saya harao sebagai parent kita mudah menemukan bakat dan passion anak, supaya mereka bisa hidup lebih terarah dan bahagia sejak dini
ReplyDeleteAnak memang punya bakat bawaan sendiri dan kesukaan..
ReplyDeleteTapi kita harus mengarahkan..sesuai dengan tuntunan agama..
Jika suka melukis..mungkin lebih diarahkanelukis alam..abstrak dll..
Intinya takembiarkan begitu saja..
Jujur aku blm.nemu apa bakat anak2ku, hehehe. Payah yaa. Tapi kalau karakter dan kepribadian aku mulai bisa baca. :D
ReplyDeleteRasanya suliiiit banget utk bisa 'lepas' dari keinginan membentuk anak sesuai yg aku mau. Sbg org tua aku sadar terlalu banyak tuntutan Kpd anak. Aah .. merasa tertampar baca tulisanmu mbak. Makasih ya
ReplyDeleteSemoga kita dijauhkan dari menjadi orang tua yang memaksakan kehendak sama anaknya ya mbak.. Karena bakat dan passion setiap anak itu berbeda, ga ada anak yang bisa disamakan.. ^^
ReplyDeleteMbak Lendy, tulisannya bikin adem. Terima kasih ilmunya. Tapi aku tambahin dikit ya. Selain menemukan bakat anak, jangan lupa untuk memberikan pujian pada setiap hal-hal kecil dari prestasinya.
ReplyDeleteCurhat dikit ya, aku kebetulan alhamdulillah punya orangtua yang membebaskan aku mengembangkan minat aku maunya apa. Dari kecil aku sudah tahu ingin menjadi penulis. Dari SMP aku sudah aktif kursus jurnalistik. Tapi mamaku dibesarkan dengan pandangan enggak baik memuji anak karena takut jadi sombong. Akhirnya setiap aku mendapat prestasi di bidang penulisan mamaku akan mementahkan prestasi aku. Lambat laun aku menutup diri dan berhenti menulis.
Jadi, jangan lupa memuji ya.
Iyaa...teh, point ini aku sering lupakan.
Deletekarena aku juga jarang diapresiasi orangtua.
Ijin menambahkan dalam tulisan yaa, teh...
Jazzakillah khoiron katsiron.
Saya dulu sempat ikutan tes sidik jari mba, dan ternyata hasilnya cocok dengan bakat saya. Terus akhrnya ngetes anak-anak juga, ternyata sama bakatnya kayak saya, ada di musik juga. Dari perilaku anak-anak sih belum menonjol banget, misalnya suka pencet2 mainan piano, goyang2 kalo denger lagu.
ReplyDeletebuat aku yg blm punya anak bagus banget nih tulisanmu spy tau bagaimana ngurus anak.. thanks mba
ReplyDeleteKalo anakku yg pertama, aku yakin bangetbakatnya sama kayak emaknya, hihi.. lebih ke sosial. Nah adiknya mirip papanya kayaknya, doyan bisnis krn itungannya pinter. Ah, anak2 memang unik, kita dukung aja semua kesukaan positif mereka ^^
ReplyDeleteNabil umurnya 5 tahun, masi saya cari-cari nih bakatnya apa. Tapi emang harus jadi pengingat juga ya klo anak bukan blueprint orang tua. Mentang2 gak kesampaian jadi dokter, anak dipaksa jadi dokter. Duh mudah2an kita gak kayak gitu ya....
ReplyDeleteLengkap sekali tulisannya mba. Menurutku penting banget untuk mengenali bakat anak.
ReplyDeletekeren kali ulasannya mbak lendy, aku jadi semakin penasaran bakat anakku itu apa ya?
ReplyDeleteAku sering ngomel sama suami yg pengen banget "menularkan" ilmu musiknya ke anak-anak. Aku bilang "biarkan anak-anak jadi apa yg mereka suka, bukan karena sengaja ditular2kan" hahaha.
ReplyDeleteAlkhamdulillah sangat bermanfaat dan bertambah lagi ilmu parenting saya...
ReplyDeleteAlkhamdulillah sangat bermanfaat dan bertambah lagi ilmu parenting saya...
ReplyDeleteAlkhamdulillah sangat bermanfaat dan bertambah lagi ilmu parenting saya...
ReplyDeleteDulu pengen banget si kecil pintar cas cis cus inggris, jadi saya masukkan les bahasa inggris. Eh kok dianya gak mood ya. Ternyata saya lupa tanya dan gak memperhatikan dia doyannya apa. Setelah lihat perkembangannya, ternyata dia suka hitung-hitungan. Beneran..pas diikutkan les matematika, anaknya happy banget.
ReplyDeleteWah, banyak ilmu baru yang kudu saya pelajari. Saya masih ortu kudet yang praktek tanpa ilmu dari ahlinya. Makasih banyak tulisannya, Lendy. :)
ReplyDeleteilmu yang harus diterapkan, makasih sharingnya mba Len.
ReplyDeleteIlmu banget nih buat saya. Makasih teh lendy
ReplyDeleteWell ... Terkadang orangtua suka memaksakan kehendak, menjadikan anak sebagai blue print dirinya, lupa bahwa anak mempunyai karakter berbeda.
ReplyDeleteHyaaaa, error mulu nih mbak dr td komenku gk masuk :(
ReplyDeleteIntinya td komen kalau semoga aja aku gak jadiin anak blue printku. Meski emang ada yang aku inginkan dr mereka sih, alah satunya belajar bahasa asing hehe.
Kalau aku sama suami sepakatnya anak2 gak perlu pinter di semua bidang. Misal jago di satu dua bidang yawes, itu aja yg kami dorong. Moga2 emang sesuai dengan cita2nya di masa mendatang aamiin.
TFS postingannya mencerahkan mbak :D
Anakku masih suka semua hal mak, tapi kita berdua selalu bilang silahkan jd apa saja boleh, asalkan sekolah, kuliah dan kerja ya hi... Hi... Tapi itu juga masih bisa di kompromikan, yg penting dia happy
ReplyDeleteAnakku masih suka semua hal mak, tapi kita berdua selalu bilang silahkan jd apa saja boleh, asalkan sekolah, kuliah dan kerja ya hi... Hi... Tapi itu juga masih bisa di kompromikan, yg penting dia happy
ReplyDeleteAnak adalah harta paling berharga bagi sebuah keluarga. Karenanya,menaburinya kasih sayang dan cinta kasih, serta menumbuhkembangkannya secara tepat sasaran sesuai bakat dan minatnya adalah hal yamg paling dibutuhkan oleh si anak dalam mengarahkannya jadi pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya nanti, ya, Teh.
ReplyDeleteHendaknya memang, orgtua masa kini harus mampu menjadi org tua yang terbuka dan tak memaksakan kehendak.
Thanks utk tulisannya, Teh! :)
Mbak Lendy.. tulisannya àku bookmark ya.. 😍
ReplyDeleteTeh, saya izin save gambar tentang fitrah ya. Makasih :)
ReplyDeletemateri bunsay tentang ini juga kan ya. Observasi cara belajar anak. Aku masih melihat-lihat nih anakku cenderung ke mana.
ReplyDeletePembawa materinya keren banget ya,
ReplyDeletedan mak Lendy bisa kok membuat pembaca ngerti isi seminarnya, rasa2 ikut hadir mendengarkan secara langsung juga
Nice post mbak,
ReplyDeleteMemang orang tua harus terus belajar mengenal lebih dekat anaknya sendiri ya mak. Belajar tiada henti, tiada lelah.
beluuuuuum
ReplyDeletesoalnya belum menjadi mamah mudaaa
tapi sedikitbanyak aku jadi tau sih, tentang cara untuk mengenali bakat si anak di masa depan
kalau perihal tiap anak punya bakatnya masing2 dan nggak bisa dipaksakan, itu aku udah tau
tapi yang aku baru tau ya tentangcara identifikasi bakat si anak, hehe
semogaaaaa bisa inget-inget ilmu ini saat nanti punya anak
aamiin
belum punya anak mbak
ReplyDelete*sedih
doakan aku segera punya anak ya mbak, jadi bisa nerapin ilmu yang sudah mbak tulis sepenuh hati ini :)
Gw suka ngegambar sejak kecil, bahkan ngegambar di udara. Pake telunjuk sendiri, berimajinasi. Tapi ortu hanya tertawa saja, ngga mengarahkan hehe.. jadinya yaaa tak tecapai cita2nya. Tapi anak sih disuruh nggambar mau. Tapi ga tau, yg penting coba dulu. Kalau les gambar Manga (komik jepang) mau ngga ya. Mau tak coba dulu. Ngga dipaksa. Biasanya sih ada trial. Hanya mencari tau saja boleh kan yaaa
ReplyDeleteAnnakku sukamenggambar tapi nggak suka mewarnai dia bisa habis berpuluh2 kertas kakau moodnya lagi bagus untuk mengfambar
ReplyDeletekomunikasi itu yang penting dan sering terlupakan.
ReplyDeletebahkan ada penelitian jika anak makan semeja dan berbincang-bincang dengan ayah, itu meningkatkan IQ anak.
dengan syarat ayah berbicara tentang pengetahuan
Wah saya setuju bgt nih, apalagi pas bagian perkembangan anak itu semua sangat dipengaruhi oleh orang tuanya mbak..
ReplyDeleteKan banyak. Tuh kasus yang terjadi, dimana banyak kasus yang mana si anak tidak ingin jadi model tapi si orang tua memaksanya jadi model, atau misalnya, si anak tidak ingin jadi ingin sekolah di pesantren utk jadi santri, tapi orang tua memaksanya, akibatnya banyak anak yg tertekan dan muncul sifat pemberontak yang justru akan mengganggu perkembangan anak..
Kayak contoh temenku, dari keluarga yg agamis, lalu memaksa anaknya jadi santri, padahal saya tahu, anaknya tidak ingin jadi santri, namun terkadang orang tuanya terlalu memaksakan kehendaknya, lalu akibatnya, sekarang dia jadi anak yang ugal-ugalan, tidak mau diatur, cenderung memberontak, dan semau-gue,..
Ya menajdi pelajaran utk saya ke depannya, jika punya anak, alangkah baiknya untuk mengajaknya berjalan bersama untuk meraih dan menjadi apa yang dia inginkan, dan tidak memaksakan kehendak kepada anak..
Haduh misiku di dunia saja belum yakin apa nih 😩
ReplyDeleteMenjadi ibu yang baik?
Hmmmm... Blogger yang menyebarkan kebaikan? Duh pusing.
Saya mendukung sekali orang tua yang mendukung bakat anak bukan menanamkan bakat orang tua ke nak. orang yua memang harus menggali apa yyg anak suka jangan sampai memberi doktrin sehingga anak kehilangan jati diri. sering liat anak ngga suka piano tapi disuruh les piano. kesian juga
ReplyDeleteBiarkan anak jd apa yg dia mau. Aku berdoa gitu kalau ntar punya anak
ReplyDeleteUdah buka temubakat tp blm jd isi dan skrg baru ingat lagi
Jd inget cerita Anjing yg diasuh Kambing. Dia hrsnya bs galak, tp krn dia anggapnya kambing, bakat galaknya ilang deh
Semoga ketika anak kita besar nanti, kita tetap bisa menghormati segala keputusannya yaa.. Kadang aku suka mikir (dan khawatir) ketika mereka masih kecil2 gini, kita paham teorinya harus gimana-gimana. Tapi semoga ketika mereka besar nanti, kita tetap ingat bahwa mereka makhluk yg wajib dihormati & dihargai segala pilihannya. :)
ReplyDeletebener banget
ReplyDeleteanak sy dari umur 2 tahun udah belajar coret coret buku
dia suka pamer gambar meski gambarnya blm jelas
tp sy sering muji dia
dia senang dan terus menggambar
sekarang di usia 6 thn gambarnya udah halus
udah jelas karakternya
untuk ukuran seusianya termasuk bagus
Dalam hal bakat dan minat anak, aku menjadikan ortu dan mertua sebagai teladan. Beliau berempat tidak pernah memaksakan anak-anaknya menjadi seperti apa yang mereka mau. Selama tidak melanggar value agama, norma, beliau welcome aja anak mau beraktivitas seperti apa dengan menyediakan fasilitas semampu beliau.
ReplyDeleteEnggak pernah memaksakan anak ikut les ini itu. Bahkan kalau anak sedang bosan dan pengen bolos sekolah pun silahkan aja, tapi akibatnya harus ditanggung sendiri. Dikasih konsekuensi gitu malah bikin aku takut mbolos.
😂😂😂
Talent Mapping! Kebetulan lagi nyari-nyari istilah itu. Hahahah. Setuju sama tulisan Mbak Lendy. Bermanfaat. Perlu sekali disebar ke grup-grup WA Keluarga yang tersebar di penjuru negeri. Wahahaha. Aku gak bisa komen banyak sih. Ehem. Belum punya anak. Anak terakhir pula. Wkwkw.. Doakan saja usaha buat menikah lancar, dapat momongan, dan buka kembali postingan ini sebagai bekal praktek. Hahahahak
ReplyDeleteBetul Teh, anak memiliki keunikannya sendiri. Tugas orangtua yang harus bisa mencari minat dan bakat anaknya, lalu kemudian dikembangkan.
ReplyDeleteIni info menarik buat para orgtua dan juga calon orgtua sperti aku.setiap anak punya keunikan dan bakat masing2, tugas orgtua mengeksplor kemampuan anak. Ah semoga nanti aku gk jd orgtua yg menyebalkan ya
ReplyDeleteSetuju banget kak! Kan gak setiap anak bakatnya sama ya, aku inget masa kecil, sukanya apa disuruhnya apa wkwkwm
ReplyDeleteAku termasuk anak yang ndablek. Ndak pernah nurut apa kata orang tua. 😂😂😂
ReplyDeleteSelalu. Apa yang dibilang papa, slalu aku bantah. Ga boleh ikut kegiatan inilah, aku ikut. Lha gimana :(
Tapi, senakal2nya aku,aku tahu batas. Tahu mana yg boleh ditrabas mana yg engga. Dan alhamdulillahnya sejauh ini, kenakalanku didukung2 aja selama nggak ngerugiin sapa2.
Mbak, lengkap banget ini tengs banget. Aku simpan buat bekal persiapan punya anak. Huhu. Butuh bekal moril juga sih.
ReplyDeleteLengkappppp banet di sini. Sipppp.. bisa aku ambil materi buat sampaikan ke anak-anak ya.. boleh kan Lend?
ReplyDeleteAgree Lend.. makanya anak2 gak aku les in matematika juga.. hehe karena math is not everything. without math is fine.. kecuali klo emang anaknya suka hehe.
ReplyDeletePR..PR.. emaknya banyak PR nih, heu. Semangat!
ReplyDeleteSemoga Allah menuntun dan memberi kemudahan bagi kami orang tua yang fakir ilmu ini :')
Hihi. sempat terbesit pikiran anak: saya besok kudu ikut les ini itu, bisa ini itu, pintar ini itu...hal2 yg gak saya kuasai. Namanya blue print yah? Ternyata seperti itu tuh jahat banget
ReplyDeleteI think this is a really good article.
ReplyDeleteYou make this information interesting and engaging.
ReplyDeleteYou give readers a lot to think about and I appreciate that kind of writing.
ReplyDeleteAll your hard work is much appreciated.
ReplyDelete