Mengenali Gaya Belajar Anak
Assalamu`alaykum,
Bunda-bunda yang berbahagia...pernahkah kita menemui anak yang susah banget diajak belajar? Atau sudah dikasih tau bolak-balik, tapi masih juga gak ngerti.
Kesel, sebel dan gemes...kemudian seringkali tercetus 12 gaya populer, seperti mengancam, membandingkan atau malah meremehkan.
Kalau sudah begini, si anak akan makin malas belajar.
Efek domino dalam pengasuhan inilah yang harus kita cari akarnya. Apa yang bisa kita perbaiki agar anak nyaman saat belajar. Bahkan tanpa disuruh dan bisa menangkap pelajaran dengan mudah.
Melalui seminar yang saya hadiri pada hari Sabtu, 15 April 2017 di Miko Mall dan ternyata selaras dengan materi Bunda Sayang di komunitas Institut Ibu Profesional (IIP). Maka saya akan menampilkan materi 3 Gaya Belajar Anak beserta tips mengoptimalkannya, yaitu :
Auditory
Belajar dengan mengakses segala macam bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita, dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan lagu, syair, dan hal-hal lain yang terkait.
Visual
Belajar dengan citra visual, warna, gambar, catatan, tabel, diagram, grafik, serta peta pikiran, dan hal-hal lain yang terkait.
Belajar menggunakan segala jenis gerak, aktifitas tubuh, emosi, koordinasi, dan hal-hal lain yang terkait dengan gerakan.
Untuk mengenalinya, kita harus tahu dahulu ciri-ciri dari masing-masing gaya belajar tersebut.
Berikut ciri-ciri dari masing-masing gaya belajar :
Gaya Belajar Auditori
(belajar dengan cara mendengar)
Lirikan ke kiri/ke kanan mendatar bila berbicara. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Untuk itu maka ibu/guru sebaiknya memperhatikan siswa/anaknya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/ibu katakan.
Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori dibanding dengan mendengarkan.
Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
🌷Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
🌷Penampilan rapi
🌷Mudah terganggu oleh keributan
🌷Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
🌷Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
🌷Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
🌷Biasanya ia pembicara yang fasih
🌷Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
🌷Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
🌷Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual
🌷Berbicara dalam irama terpola
🌷Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Gaya Belajar Visual
( Belajar dengan cara melihat)
Lirikan ke atas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi anak yang bergaya belajar visual, mata/penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam belajar. Metode pengajaran yang digunakan ibu/guru sebaiknya lebih banyak di titikberatkan pada peragaan/media. Mengajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya/ibunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual. Seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
🌷Bicara agak cepat
🌷Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
🌷Tidak mudah terganggu oleh keributan
🌷Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
🌷Lebih suka membaca dari pada dibacakan
🌷Pembaca cepat dan tekun
🌷Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
🌷Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
🌷Lebih suka musik
🌷Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
Gaya Belajar Kinestetik
(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Lirikan ke bawah bila berbicara dan berbicaranya lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan mengeksplorasi sangatlah kuat. Anak yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
🌷Berbicara perlahan
🌷Penampilan rapi
🌷Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
🌷Belajar melalui memanipulasi dan praktek
🌷Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
🌷 Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
🌷Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
🌷Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
🌷Menyukai permainan yang menyibukkan
🌷Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
🌷Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.
🌷Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
Sudah terbayang gaya belajar ananda apa, Bunda?
Saya pertama kali dapat materi ini, yang saya lakukan malah mengidentifikasi diri sendiri dulu. Karena prinsip saya, bagaimana saya mau menuntun anak kalau saya tidak mengenali diri sendiri?
Tidak ada kata terlambat selama ia masih mau bergerak berubah kan yaa...
Naah...sekarang dikasih Ibu Septi strategi untuk masing-masing gaya belajar di atas. Simak yuuk...biar bisa mengoptimalkan kemampuan anak.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
📝Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
📝Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
📝Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
📝Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
📝Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan membiasakan mendengarkan sebelum tidur.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
📝Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
📝Gunakan warna untuk meng hi-lite hal-hal penting.
📝Ajak anak untuk membaca buku-buku ber-ilustrasi.
📝Gunakan multi-media (contohnya : komputer dan video).
📝Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam bentuk gambar.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
📝Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
📝Ajak anak untuk belajar sambil meng-eksplorasi lingkungannya
(contoh : ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
📝Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
📝Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
📝Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Sudah dapat pencerahan, Bunda?
Maka Bunda bisa mulai mengamati gaya belajar anak dari bagan berikut
Dan pesan Ibu Septi bahwa perjalanan pengamatan gaya belajar pada anak ini tidak bisa dilakukan satu atau dua hari lalu dapat kita simpulkan. Namun butuh waktu berhari-hari hingga kita yakin betul, mereka benar-benar berbinar saat melakukan aktivitas apa?
Dengan begitu,
dengan gaya belajar tersebutlah kita optimalkan perkembangan fitrah belajar anak.
Don`t teach me,
Because i love to learn
📚Sumber Bacaan :
Gordon Dryden and JeanetteVos, The Learning Revolution, ISBN-13: 978-1929284009
Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Kaifa, 2014
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Memahami Gaya Belajar Anak, GazaMedia, 2016
Selamat membersamai anak dalam menemukan fitrah belajarnya, Bunda.
Salam hangat,
Anakku tipe kinestetik mba :)
ReplyDeleteKlo liat ciri2nya, berarti gaya brlajarku auditory. Hahah. Suka ngomong sendiri, kesel klo keganggu :v
ReplyDeletedari dulu aku mikir aku ini visual banget tapi setelah baca kinestetik sepertinya lebih nyambung yang ini deh
ReplyDeleteanakku auditori klo aku visual suamiku sama kek anakku kami emang keluarga kalem *blah komennya minta digaruk mba Lendy :D
ReplyDeleteapapun gaya belajarnya yg ptg goals belajar tercapai y kan mba ^-~
Ahhha...garuk niiih...*dompetnya.
DeleteAku kalo belajar harus sambil makan, kaka...((modus))
Anak saya beda-beda, dong!
ReplyDeleteYang satu auditori yang satunya visual.
Yang satu suka belajar dalam hening, yang satunya harus pake musik/bersuara.
Kebayang situasi rumah, kayak gimana, kan? Hihihi....
Menyiasatinya gimana, teh Noe...?
DeleteYang suka pake musik, pake earphone kali yaa...?
Alhmdulillah skrg semakin bnyak penelitian yg bisa membantu dlam thap tumbuh kembang anak, aku yg notabene dr desa dan mempunyai orgtua yg bukan berasal dr sekolah tinggi sangat merasakan dampaknya mba. Belajar seadanya, masih pemikiran jaman dulu yg semua berorientasi pd nilai, kalo nilainya jelek berarti anaknya tidak pintar.
ReplyDeletePdhl bnyak faktor yg mempengaruhi kecerdasan anak, bisa jadi memang si anak tdk berbakat dibidang tab tp punya bakat dibidang lain.
Semoga nanti pas aku punya putraputri bisa sabar dalam mendidik anak.. Aamiin
Amiin.
DeleteIya, aku pun sampai saat ini masih susah merubah mindset itu.
Kalo nilai akademik jelek, berarti anak kurang berbakat di area akademik.
Terus dimana doonk...?!?
*orang tua memang harus sabar mendampingi dan membersamai anak
Baca dulu, dapet ilmunya dulu, nerapinnya kelak kalo dah menikah dan punya anak
ReplyDeletemakasih mba Lendy :*
Nyi pasti jadi Ibu yang baik.
Delete^^
Saya juga mulai belajar mendeteksi cara belajar anak. Bagi saya sangat diperlukan agar potensi anak dapat berkembang dengan baik. Bayangkan kalau kita sebagai orang tua belum memahaminya bisa jadi kita akan terus bersitegang dengan anak karena kita belum memahami anak secara komprehensif,
ReplyDeletemengunyah permen saat belajar bukannya nanti malah kebiasaan ya mba? untuk kedepannya? jadi apabila tidak mengunyah permen nanti malahan anaknya tidak mau untuk belajar dan segala macam mba?
ReplyDeleteDhia visual banget.
ReplyDeleteAku berarti kombinasi xixixxi..
ReplyDeletemenghapal kadang sambil denger musik, sering kali jg sambil berpidato di depan cermin..
heehehee blm punya anak, jd yang di check diri sendiri..
meskipun kdg ketiga gaya belajar tsb terkombinasi, kita sbg ortu ttp perhatikan mana yg lbh dominan ya, terimakasih sharingnya mbak :-)
ReplyDeleteKalau Fahmi, putra saya sepertinya saya amati ke visual masuk ke Kinestetik juga masuk nih...
ReplyDeletewaaah.. ternyata dari lirikan maat saat berbicara kita bisa mendeteksi ya mba ini anak tipe pembelajar apa hehehhe...sering sih nemuin ortu yang ngeluh karena menurut mereka anaknya susah belajar, padahal mungkin metode belajarnya aja yang kurang tepat ya.
ReplyDeleteCara belajarky kyknya kombinasi ya... visual bs kinestetik bs. Hehe
ReplyDeleteSaya termasuk anak yg kuat di visual dan kinestetik mba.. makanya klo belajar cuma dengerin pasti agak susah nangkapnya
ReplyDeleteKok kayaknya aku ada sebagian auditori, sebagian lagi visual :D
ReplyDeleteOrang tua memang harus pinter memadukan cara memberikan ilmu ke anak anak ya mbak. Ngga bisa dengan satu metode aja biar anak ngga bosen. Semakin banyak ilmu parenting sekarang membuat makin mudah bagi orang tua "bersahabat" dengan anak
ReplyDeleteKarena belum punya anak, maka aku menilai diri sendiri dulu ah. Aku kayaknya tipe visual dan auditory, gabungan antara keduanya. Terima kasih banyak ya Mbak Lendy atas ilmunya.
ReplyDeletepenting banget ini masalah gaya belajar terutama yang sudah punya si kecil. KIta harus bener menerapkannya jangan sampai salah. Supaya si kecil bisa belajar optimal
ReplyDeleteAnakku visual dan kinestetik. Dia suka gambar dan atur2 ruang, juga suka banget di outdoor. Tengkyu sharing soal strateginya mbak Lendy, nati coba kuterapkan :D
ReplyDeleteKayanya 3 cara belajar diatas ada diri saya wkwk tfs Mba, sangat mencerahkan sekali untuk mendidik anak saya nanti hihi
ReplyDeletekalau aku dan suami sama2 visual dan kinestetik..eh :D
ReplyDeletebelajar visual bisa dibantu dengan media ya mba.. saya merasa terbantu dengan media belajar visual untuk abang kalau kakak sepertinya auditori kayaknyakarena dia selalu mengutamakan penampilan
ReplyDeleteanakku ada yang kinestetik, visual. kalau belajar dalam waktu bersamaan. susah sekali ngaturnya
ReplyDeleteKalau saya dominasinya visual, tapi memang gak semua cir-cirnya melekat.
ReplyDeleteSepertinya kalau anak saya tipenya audio, mudah terganggu kalau ada kributan, dan seperti ga nyimak kalau guru lagi ngomong tapi bisa ngikutin.
ReplyDeleteAnakku yang besar kinestetiknya dominan, tapi kalau yang kecil belum kelihatan tipenya seperti apa.
ReplyDeleteterimakasih ilmunya ni mbak
ReplyDeleteAnak saya masih 13 bulan, jadi belum keliatan mana cenderung ke yang mana. Semuanya dia tiru deh, apa yg diliat n apa yg dia denger dari lingkungan :D
ReplyDeleteWah, baca ini jadi keingetan anak2. Empat anakku beda-beda. Tapi yang Unik yang nomor 2. Dia tipe kinesthetic. Belajar kudu bolak-balik ke sana ke Mari. Gak bisa diem jadinya. Dulu banyak yang heran. Apalagi orang baru. Tapi lama-lama pada ngerti
ReplyDeleteBaru nyadar, aku ternyata belom follow blog ini. Aku follow, ya. :)
DeleteHaturuhun teteh....
Delete*seneng banget dikunjungi sama teh Nia.
Suka aneh yaa...teh kalo ngliat anak-anak belajar.
Kadang akunya yang cerewet...kok gini---kok gitu...tapi ternyata inilah tipenya.
Semoga sayanya makin sabar dalam mendampingi anak-anak menemukan dirinya.
Taaah nu budak teu daek cicing berarti .....
ReplyDeleteWah teteh... banyak ilmu nih.
ReplyDeleteBerguna bgt buat aku yg blm pny anak, bisa buat nyiapin mental dan ilmu tentunya =D
Hoooo, berarti aku anaknya visual banget. Kalau anakku belum tau apa, masih bayi hehehe.... kira2 umur berapa mulai bisa dilihat ya mbak?
ReplyDelete